Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Atletik Pilihan

Kisah Henny Maspaitella Ringkus Tiga Pencopet

3 September 2019   10:29 Diperbarui: 4 September 2019   12:46 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat di markas itu, banyak polisi heran sekaligus kagum. Sebab, ada seorang wanita yang berani menangkap dua pencopet sekaligus. "Mungkin dikira saya intel, ya. Apalagi potongan rambut saya waktu itu pendek, gitu," ucap Henny, lalu tersenyum.

Sebetulnya, Henny ingin segera mengakhirinya. Karena dompet yang diambil pencopet berhasil kembali. Makanya, ketika diperiksa di Markas Polda Metro Jaya, Henny bergegas pulang.

Namun saat pulang, ia berpapasan dengan sejumlah wartawan. Banyak di antara wartawan itu yang ia mengenalnya. "Saya bilang nggak ada apa-apa," kelit Henny ketika dimintai keterangan wartawan.

Namun kejadian itu akhirnya tercium juga wartawan. Berita besar tentunya. Sebelum meninggalkan pelataran mapolda, Henny tak bisa berkutik ketika diwawancarai wartawan. Namun sebelumnya, ia minta syarat agar namanya tidak ditulis lengkap. Cukup inisial LHM (Lourina Henriette Maspaitella).

Esok hari, suasana di pelatnas geger. Koran-koran ibu kota memberitakan kejadian itu cukup besar. Ada atlet nasional yang berhasil menangkap copet. Bahkan, ada koran yang menyebut sprinter nasional berhasil meringkus copet. Atlet-atlet di pelatnas mencecar Henny, apa benar yang dimaksud koran-koran itu dengan inisia LHM adalah dirinya? Henny tak menjawab selain menggelengkan kepalanya.

Setelah peristiwa itu, dua bulan Henny tak berani naik bus. "Tiap hari saya naik taksi. Saya takut kalau-kalau gerombolan mereka mencari saya," kenang Henny, lantas terkekeh.

***

Di atletik, kita memang agak sulit mencari bakat sehebat Henny Maspaitella, Emma Tahapary, Gurnam Singh, Purnomo, atau Mardi Lestari. Bahkan, kurun waktu terakhir, prestasi atlet-atlet atletik Indonesia cenderung menurun. Masih kalah dibandingkan Filipina Thailand, dan Vietnam.

Bahkan, untuk pemecahan rekor Henny di nomor 100 meter, yang berhasil dipecahkan Irene Truitje Yoseph pada 1999 dengan waktu 11,56 detik, butuh waktu empat tahun.

Soal lamanya rentang waktu pemecahan rekor atletik ini, Henny menilai hal itu terkait pembinaan. "Kalau pembinaan tetap seperti ini, saya pikir untuk memecahkan rekornas saja kita susah. Padahal, di dunia rekor itu hampir tiap tahun ada yang pecah," jelas pemilik tinggi badan 171 sentimeter dan berat 60 kilogram ini. 

Henny mengakui, kaderisasi di atletik ini agak tersendat. Makanya, butuh terobosan. Dia tak setuju format PON diubah menjadi lebih lama atau lebih cepat dari empat tahunan. Formatnya tetap empat tahunan, tapi kualifikasinya diperketat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun