Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pecundang Disrupsi Hanya bisa Bersembunyi di Balik Regulasi

25 September 2019   07:54 Diperbarui: 25 September 2019   09:40 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudahkah kita bersiap menghadapi disrupsi? | Ilustrasi gambar : www.alagraph.com

Bukan masanya lagi membatasi anak-anak masa kini untuk tidak bersentuhan dengan smartphone, bukan masanya lagi menentukan bahwa mereka baru boleh menggunakan handphone setelah memasuki usia tertentu, dan lain sebagainya. 

Para orang tua hanya haruslah lebih pintar daripada anak-anaknya dalam menyikapi fenomena ini sehingga efek negatif penggunaan smartphone dapat dihindari. 

Menjadi sangat aneh apabila untuk membatasi penggunaan smartphone pada anak saja pemerintah sampai harus mengeluarkan regulasi khusus atau mengungkit-ungkit tradisi masa lalu. 

Eranya sudah sangat jauh berbeda dengan dahulu. Kata Sayyidina Ali RA, "Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya.". Dengan kata lain kita harus "bersahabat" dengan realitas yang sedang terjadi ini, apapun konteksnya.

Kita boleh tidak sepaham dengan fenomena yang sekarang kita saksikan. Namun menentang arus hanya akan membuat kita hanyut. Satu-satunya cara adalah kita membangun perahu yang bisa mengimbangi arus yang terjadi sembari berharap mampu terus menjaga eksistensi. Memang berat, tetapi bukan berarti mustahil. Kita tidak bisa berharap bahwa regulasi akan menyelamatkan kita dari era disrupsi ini. 

Kita hanya perlu berkompromi dan mencari sisi baik dari kondisi tersebut. Jangan mempergunakan paradigma berfikir lama, tetapi pergunakan pola pikir yang selaras dengan kondisi saat ini. Berfikir ke depan. Hanya itu saja cara bagi kita untuk menjaga eksistensi diri dan komunitas yang kita sayangi.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun