Investor asing sepertinya memutuskan "mudik" lebih cepat dari pasar modal Indonesia. Buktinya, sepanjang pekan ini, mereka begitu "getol" menjual saham-saham yang dimilikinya. Nilai transaksinya pun terbilang "jumbo", hingga tembus 3 triliun rupiah lebih. Alhasil, rebound IHSG pun tertahan di level 4500-an.
Peristiwa itu disebabkan oleh kekhawatiran investor asing terhadap wabah corona jilid 2. Biarpun sejumlah negara sudah membuka lockdown, ternyata hal itu memicu persoalan lain, yakni munculnya virus corona impor, penyebaran virus corona tanpa gejala, dan mantan pasien corona yang kembali sakit. Oleh sebab itu, jangan heran kalau situasi yang sebelumnya terlihat "cerah" kini berbalik "redup".
***
Kejadian itu mengindikasikan bahwa prospek perekonomian Indonesia dinilai kurang begitu bagus di mata investor asing. Meskipun pemerintah sudah "menyirami" sejumlah sektor ekonomi dengan beragam stimulus.
Namun, hal itu dinilai belum cukup meredakan kecemasan investor terhadap kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi corona dalam jangka panjang.
Tanda-tanda kerusakan tadi bisa dilihat dari menurunnya ekspor dan impor sepanjang bulan April kemarin. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa secara year on year, pertumbuhan ekspor mengalami penurunan sebesar 7,02% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara, penurunan impor lebih dalam lagi, yakni 18,58%.
Hal lain yang juga bikin cemas ialah krisis finansial yang dialami oleh sejumlah perusahaan besar. Harus diakui, pandemi corona yang berlangsung selama 3 bulan lebih sudah "memukul" perekonomian di sejumlah sektor. Di antaranya ialah sektor transportasi, baja, properti, otomotif, hingga jasa keuangan.
Namun, bagaimana dengan nasib perusahaan lain, yang menanggung utang yang sedemikian besar, seperti Garuda Indonesia dan Krakatau Steel? Jika tidak mendapat bantuan finansial sesegera mungkin, bukan mustahil, perusahaan tadi akan mengalami kebangkrutan!
Hal itu boleh jadi bakal "mempertebal" kekhawatiran investor asing terhadap perekonomian di tanah air. Biarpun perekonomian Indonesia belum mengalami resesi, tapi jika situasinya begini-begini saja dalam jangka panjang, boleh jadi, akan muncul masalah ekonomi yang lebih hebat.Â
Itulah yang membikin investor asing cenderung bersikap "wait and see" terhadap pasar keuangan di Indonesia.
***
Walaupun kekhawatiran tadi beralasan, sesungguhnya ada hal lain yang mesti dicermati agar kita bisa melihat peristiwa tersebut dengan "kacamata" yang lebih optimis. Sebut saja soal kesiapan sejumlah negara dalam menangani gelombang wabah corona jilid 2.