Mohon tunggu...
Ade puji Lestari
Ade puji Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - aku perempuan

Mahasiswa di Universitas Indraprasta PGRI . jurusan PENDIDIKAN FISIKA semester 8

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Dunia

17 September 2018   10:47 Diperbarui: 17 September 2018   10:54 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bismillahirrahmanirrahim

Kenalkan namaku Fatimah aini. Aku bersekolah di SMA Budi sakti Kupang,NTT. Aku kelas XII IPA dimana aku adalah salah satu murid berprestasi di sekolah. Selalu memenangi kompetisi kejuarann lomba cerdas cermat tingkat kabuapaten, provinsi maupun nasional.

Bagiku semua yang aku jalani biasa-biasa saja.Kepintaranku, prestasi, dan piala-piala yang aku dapatkan tidaklah penting bagiku. Walau pun orang lain menganggapnya sangat luar biasa. Tapi aku bersyukur tanpa harus belajar keras, cukup mendengarkan yang dijelaskan oleh guru aku dapat mengingat dan memahaminya dengan sangat cepat. Ingatanku sangat Kuat. Tapi, disegala kelebihan itu yang aku miliki aku masih saja tidak merasa bahagia. Ah, entahlah aku harus menjelaskan dengan cara bahasa seperti apa supya mereka memahami apa yang aku rasakan.

Di sekolah aku ditatap sebagai anak yang baik dan berprestasi, tapi saat aku kembali ke rumah aku dianggap seperti anak buangan, anak nakal, karena tidak pernah mematuhi perintah mereka. Itulah kata-kayta yang sering aku dengar dari mulut Ayah dan Ibu. Aku hanya anak tunggal di rumah. Berteman dengan sepi dan suara angin yang bertiup kencang disekitarku.

Aku selalu memarahi ibu dan Ayah yang selalu bertengkar, Sebab aku seorang perempuan tapi aku tidak mau di kucilkan di rumah sendiri dan dianggap lemah. Silahkan mereka terus bertengkar , aku tidak peduli. Aku tetap saja mengeraskan suara salon, bermain gitar bernyanyi sekerasku agar tidak mendengarkan ocehan-ocehan mereka setiap saat.

" Fatimah, matikan musiknya, Dasar anak nggak tahu mali, tidak tahu diuntung, sudah dibesarkan dengan harta yag banyak masih saja melawan" itu suara ibu dan kata-katanya tetap sama.

Aku tak peduli. Biarkan saja aku dikatakan gila, dari pada aku harus jadi stres dan bunuh diri gara-gara ocehan kedua orang tuaku yang tidak jelas.

..............

Pukul 07.00 pagi jam weker di samping tempat tidurku berbunyi sangat keras. Pagi ini aku merasakan hawa yang berbeda di rumah, sangat hening. Tidak ada suara ayah atau ibu yang bertengkar. Tidak ada suara pecahan-pecahan kaca yang terdengar. Aku penasaran lalu cepat-cepat bangun menuju kamar ayah dan ibu. Pintu Kamarnya tidak terkunci, tapi tak ada suara.

Fatimah, maafkan ibu dan ayah yang harus membuatmu resah setiap hari. Perasaanmu, pikiranmu tidak pernah tenang berada di rumah ini. Tapi, saat ini kau tidak akan merasa diganggu atau pun resah atau seperti perasaanmu selama ini. Kami harus pergi meninggalkanmu untuk selamanya, demi kehidupan kamu yang lebih baik. Kami berdua tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah yang telah bertahun-tahun menjadi rahasia kami. Aku dan ibumu adalaha saudara kandung. Kami melakukan hubungan terlarang ini, tanpa kami sadari . Maafkan kami. Kau harus tetap hidup sebagai manusia yang lebih baik. Kami bangga padzmamu nak,

Maafkan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun