Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money

Sulu, Berpotensi Sulut Perang Tri Sula

9 Maret 2013   04:10 Diperbarui: 6 Juli 2019   22:15 6121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : tausug-global.blogspot.com

Sejauh apakah peranan sayap militer Front Pembebasan Moro (MNLF) dalam pemerintahan Filipina? Meskipun kekuatan dan dayanya tidak sebanding angkatan perang Filipina akan tetapi duri kecil itu pernah mengganggu stabilitas politik dan keamanan Filipina.

Duri yang kecil itu  memaksa pemerintah Filipina dan MNLF mencapai kesepakatan damai tahun 1996,meskipun sayap militer lainnya dalam tubuh Moro dari kubu MILF menolaknya dan baru menyatakan damai pada Oktober 2012 lalu. Kini, sekitar 3000-an gerilyawan MILF yang belasan tahun berusaha meneruskan  perjuangan mereka telah kembali ke rumahnya masing-masing di Mindanao dan sekitarnya.

Saat MILF kembali ke barak mereka, tak sampai empat bulan kemudian, tepatnya pada 4 Februari 2013 kita mendengar  sejumlah boat penumpang berisi sejumlah warga Mindanao yang mengaku dari kesultanan Sulu menerobos ke daratan Sabah Timur.

Pejuang Sulu dengan  sejumlah alasan historis dan geografis maupun politisnya telah menciptakan ledakan bom waktu warisan kolonial Inggris di semenanjung Malaysia ini  tidak dapat dianggap enteng, karena tidak tertutup kemungkinan bahwa pejuang Sulu yang masuk ke Sabah utara itu bukan saja dari pejuang kesultanan Sulu tapi juga dari MILF/MNLF bahkan tak tertutup kemungkinan agen Filipina bermain dalam pertikaian ini karena posisi Sabah memang termasuk dalam daftar klaim wilayah Filipina terhadap Malaysia.

Pejuang yang berasal dari  sebuah pulau kecil  di luat China Selatan yang pernah melegenda beberapa abad silam itu berkekuatan kecil saja dengan kekuatan 400 orang bersenjata, tak sampai satu jam mengarungi laut Sulu mereka merangsek ke daratan Sabah, tepatnya di desa Tanduo, Lahad Batu, Sabah Utara, Malaysia.

Apa yang kita khawatirkan dari pertikaian yang berpotensi perang sungguhan di kawasan laut Sulu itu, antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Malaysia, sama halnya dengan pejuang dari kesultanan Sulu, mempunyai alasan yang rumit secara historis, geografis dan politis. Menarik benang merahnya sama halnya dengan membicarakan siapa duluan ayam dan telurnya.
  2. Sikap keras Perdana Menteri Najib satu sisi adalah hak dan kewajibannya menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayahnya (dalam versi Malaysia), akan tetapi sikap garis keras itu memancing timbulnya perlawanan dari Mindanao (MILF/MNLF) dan bahkan dari komunis Malaysia sekalipun atau opisisi Malaysia yang selama ini memandang titik (Sabah Utara) tersebut sebagai tempat paling tepat untuk menguji daya tahan Malaysia.
  3. Posisi pemerintah Filipina  sangat sulit, satu sisi mendapat kritikan berat dari wilayah otonomi khusus Mindanao pemerintah membantu warganya sendiri lebih penting ketimbang memihak pemerintah Malaysia.
  4. Meskipun  Nur Missuari (ketua MNLF) dan kini menjabat gubernur Mindanao tidak menyetujui pengiriman pasukan Sulu ke Sabah, akan tetapi Nur Missuari menyetujui perjuangan Sulu merebut Sabah secara diplomatis.
  5. Ketua Dewan Komando Islam MNLF Muhajab Hashim melalui Philstar -salah satu media Filipina- pada 7/3 memberikan pernyataan bahwa ribuan orang dari Tawi-tawi dan Jolo dan Sulu telah berminat dikirim ke Sabah. Mereka mempunyai cara mengelabui dan menerobos perbatasan laut Sulu karena sudah berpengalaman.

Dari sisi Malaysia sendiri kita melihat apa yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia adalah sesuatu yang wajar dalam kapasitas sebuah negara menjagaintegritas teritorial dan kedaulatannya dari ancaman dari siapa dan bentuk apapun. Maka dalam eskalasi yang menimbulkan korban 60 gerilyawan Sulu dan 10 polisi Malaysia itu adalah salah satu resiko yang harus dijalankan oleh pemerintah Malaysia.

Meskipun beberapa kalangan menyebutkan bahwa tindakan perdana menteri Najib sangat berlebihan dalam mereduksi pergolakan itu, ini juga bukanlah sesuatu yang patut untuk disoroti, karena setiap negara dan pemerintah punya cara dan gaya masing-masing menjaga teritorialnya dan mempercepat penyelesaian tugas operasi mereka meskipun kadang berhadapan dengan tuduhan pelanggaran HAM dan sebagainya.

Atas dasar kondisi di atas, yang menarik bagi kita adalah apa jadinya jika eskalasi itu berlarut-larut dan meningkat  menjadi peperangan berkelanjutan antara MILF/MNLF (bantuan Filipina) dengan pemerintah Malaysia.

Sementara di satu sisi komunis Malaysia yang selama ini diam seribu bahasa  bisa jadi memperlihatkan tajinya. Pemerintah Malaysia mempunyai segudang sejarah aktifitas makar dan perlawanan Komunis Malaysia dari era darurat militer pertama  yang diterapkan Inggris (1940 -1960) di perbatasan Thailand - Malaysia. Komunis atau PKM masih menjadi salah satu ancaman serius Malaysia.

Kekahawatiran kita adalah eskalasi itu menyerempet ke Indonesia,  ketika ada pihak-pihak yang tak ingin Indonesia - Malaysia berdamai mulai memancing pertikaian kembali di Sebatik dan Nunukan dengan mengatas namakan pelanggaran wilayah oleh Indonesia atau oleh Malaysia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun