Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seks Ketika Malam Pertama Ikuti Nasihat Nenek

9 Agustus 2010   04:25 Diperbarui: 10 April 2017   09:30 60176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

NENEK begitu dekat dengan sang cucu bahkan memanjakannya itu hal biasa. Seorang nenek tidak akan terima bila sang ibu atau sang ayah memarahi anaknya alias cucu si nenek, apapun kesalahannya, sang nenek berusaha membelanya dengan penuh kasih. Begitu juga dengan nenek Sabu, yang kebetulan mempunyai cucu kembar yang sama cantiknya, saking perhatiannya pada sang cucu, sampai menikah hingga memasuki kamar pengantinnya, nenek Sabu dengan setia menemaninya. Cucu nenek Sabu itu namanya Rani dan Rina, baru saja melangsungkan pernikahannya yang begitu meriah. Sebagai anak kembar, kamar pengantinnya pun berdampingan, di depan pintu sudah tertulis nama masing-masing anaknya, jadi tidak bakal keliru masuk, walau pintunya di cat dengan warna sama. Ketika perhelatan sudah bubar, masuklah kedua pengantin tersebut ke dalam kamarnya masing-masing, kamar yang beraroma melati, dengan penuh hiasan khas kamar pengantin. Sementara sang nenek di kursi kayu, di antara kedua pintu pengantin itu, seperti Mr. Bean yang duduk terkantuk-kantuk di museum lukisan, namun nenek Sabu tidak terkantuk-kantuk, ia asyik memainkan tembakaunya sebagai perlengkapan "menginang"nya. Di kamar sebelah kiri, adalah kamar Rina, bersama suaminya mereka berdua asyik membuka beberapa kado dari teman-temannya. "Horee ini hadiah dari cik Joli, apa ya isinya?" Rina segera membuka kado yang dibungkus kertas bermotif batik, bungkusnya kecil berbentuk kotak. "Waouw GELANG!" teriaknya girang. Sementara di kamar sebelah kanan, Rani pun asyik membuka kado dari handai taulannya. "Ah ini dari teman baikku Intan, ngasih apa ya?" buru-buru ia membuka bungkus besar yang ditali pita merah itu. "Oh sepatu, made in Singapura, asyiik...!" teriaknya senang. Rina : "Tapi gelangnya kecil, apa bisa masuk ya?" Seorang yang bodoh akan mengatakan apa yang dia ketahui, tetapi seorang yang bijaksana mengetahui apa yang dia katakan. Nenek Sabu mendengar suara sang cucu, segera menoleh ke kamar sebelah kiri sambil berkata pada cucunya. Nenek : "Dielus-elus dulu cu, nanti kalau sudah kaku baru dimasukkan!" Di kamar Rani pun mencoba sepatu barunya. Rani : "Wah mas, kok kecil ya? Apa bisa masuk?" Sang nenek pun menyahut keluhan cucunya yang satunya. Nenek : "Bisa cu, nanti kalau sudah besar panjang dan kaku, baru dimasukkan!" Rina : "Tapi kalau dipaksa sakit nih!" Nenek : "Pertama memang terasa sakit, tapi harus dipaksa cu!" Rina masih mencoba gelangnya sampai meringis. Rani : "Dipaksa juga tidak bisa masuk mas,sakit!" Nenek : "Harus dipaksa cu, biar basah dulu, kalau perlu pakai ludah." Rani : "Duuh bisa berdarah nih..." Nenek : "Kalau mengeluarkan darah itu hal biasa, nanti terus terasa enaknya." Rani : "Ah masih seret juga masuknya." Nenek : "Kalau pakai ludah kurang licin, coba pakai handbody cu, biar licin!" Sementara itu, Rani pun bernafsu mencoba kakinya yang mulus itu ke sepatunya. Rani : "Kok baru bisa masuk separoh saja sih?" Nenek : "Didorong terus saja, harus dimasukkan sampai PUOL cu, biar muantap!" Rani : "Wah ya sakit dong, bisa lecet nanti!" Nenek : "Pakai pelicin, ludah atau handbody atau minyak khusus play, cu!" Rani : "Iya nih, setelah dikasih minyak bisa masuk!" Nenek : "Benar kan? Nenek bilang apa, pas nggak?" Rani : "Pas banget! Enak ya? Bagus sekali!" Nenek : (Tersenyum sambil memutar-mutar tembakaunya). Sementara di kamar Rina, akhirnya gelangnya bisa masuk ke tangannya. Rina : "Harus pakai handbody baru bisa masuk!" Nenek : "Memang begitu kalau pertama kali itu cu, jangan main paksa saja, jangan WATON NYRUDUK wae!" Rina : "Setelah masuk terasa mantap nih!" Nenek : "Digoyang pelan-pelan dulu cu, rasakan goyangannya..." Rina : "Digoyang-goyang juga nggak bakal lepas kok, sudah kuat masuk!" Nenek : "Bagus, kalau masuknya sudah sempurna, memang tidak bakal lepas, tinggal di putar-putar saja." Rina : "Diputar-putar juga nggak bakal jatuh nih, tangannya kuat kok." Nenek : "Memang harus pegangan yang kuat biar nikmat, cu." Rina : "Dimasukkan terus apa dikeluarkan ya mas?" Nenek : "Kalau sudah selesai ya dikeluarkan cu, nanti kan bisa dimasukkan lagi!" Rina : "Tapi aku senang ini, indah sekali!" Nenek : "Memang itulah sorga dunia cu, nikmatilah selagi bisa. Tapi jangan lupa cuci yang bersih sebelum memulai lagi!" Berkata begitu sang nenek segera beranjak dari kursi menuju kamar tidurnya. Senyumnya mengambang, hatinya puas,nasehat-nasehatnya di dengarkan kedua cucunya dengan baik sekali. "Anak sekarang pintar-pintar!" gumamnya dalam hati, seraya membuang tembakaunya. Ia pun tidur dengan pulas, entah apa yang dimimpikannya?

SEKIAN

Illustrasi : Facebook.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun