Mohon tunggu...
Sitti Fatimah Bandjar
Sitti Fatimah Bandjar Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang wanita sederhana,ibu dar 3 orang anak,nenek dari 2 orang cucu,bekerja dan menghasilkan uang dari rumah.Bukan penulis hanya suka menulis.Pengamat tingkah laku berdasarkan insting.Itulah saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rahasia Dunia Pendidikan yang Harus Diungkapkan

3 Mei 2015   21:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hardiknas tgl 2 Mey kemaren tidak ada sesuatu yang menjadikan itu penting,selain anak2 sekolah diliburkan..Saya sendiri lupa kalau tgl 2 Mey adalah Hari Pendidikan Nasional,sehingga ketika salah seorang anak asuh saya yang hari itu bangun tidurnya siang tidak sekolah karena katanya tanggal merah.

Sebenarnya apa yang salah dengan pendidikan di Indonesia??Siswanya,pendidiknya,orangtua atau kurikulumnya..?????Hmm,Saya tidak ingin mencari siapa yag salah tapi marilah kita kaji bersama2 dan menelusuri dimana letak kesalahannya.Saya juga tidak ingin memvonis tapi saya hanya mengungkap fakta yang ada dilapangan terutama saat ke 4 anak Saya menjalani pendidikan mereka sejak TK hingga Perguruan Tinggi..

Mungkin saat masih TK belum ada sesuatu yang berarti karena dunia pendidikan untuk anak masih dunia bermain,tapi ketika memasuki usia Sekolah Dasar,pendidikan yang sebenarnya dimulai.Kebetulan saat itu rumah kami berdekatan dengan sekolah anak-anak.Jadi segala tingkah polah guru saya amati.Saat istirahat sekolah anak-anak dilarang jajan diluar karena guru-guru juga menjajakan jajanan mereka,Aaaah itu mah biasa karena dulu saat saya sekolah juga beli jajanannya di guru bukankah itu lebih sehat dan terjamin kebersihannya.

Ketika Si Kakak naik kelas buku cetaknya Saya berikan ke ponakan yang baru masuk sekolah,ternyata itu sudah tidak bisa dipakai lagi karena ganti penerbit walaupaun ketika dicocokan isi bukunya sama saja.Setiap naik kelas selalu ganti penerbit,Waah,maksudnya apa nih?Bagaimana jika orangtuanya tidak mampu dan anaknya banyak??Bahkan pernah orangtua siswa yang tidak mampu sempat kasih komentar begini;'' Kenapa kita bayar SPP di bulan Juni sedangkan bulan itu kan siswa libur selama 1 bulan penuh??Hehehe,,itu mah biasa atuh buu,kosan juga gk dihuni kalau barang kita ada didalam tetap dibayar kok,biaya nampung barang.

Saya mulai amati pendidikan anak-anak saya satu per satu.Mereka juga di sekolahkan dengan sekolah yang beda-beda untuk melihat perbandingannya,tapi ternyata sama saja.Ketika kenaikan kelas anak-anak biasanya dimintai untuk bawa ketrampilan mereka,tapi bukan ketrampilan yang mereka buat sendiri melainkan beli di pasar dan siapa yang bawa paling bagus nilainya pun tinggi.Sebagai orangtua pasti saya akan bawakan yang terbaik untuk anak saya dan yang terbaik itu pasti harganya juga cukup mahal,lalu bagaimana jika mereka dari kalangan yang tidak mampu dan hanya bisa membawa apa adanya??Sudah dipastikan nilainya pasti rendah untuk pelajaran ketrampilan,dan itu sudah menjadi rahasia umum.Lalu semua hasil kerajinan tangan yang dibeli itu dibawa pulang guru masing-masing,bukankah GURU ITU PAHLAWAN TANPA TANDA JASA??apalagi gajinya kecil jika dibandingkan dengan pengabdiannya mendidik putra putri kita..??Apalah artinya sebuah kenang-kenangan yang diberikan muridnya setiap akhir kurikulum..

BUKAN..!!!!Bukan harga sebuah ketrampilan saat anak-anak terima raport mereka,tapi tidak ada nilai pendidikan sedikitpun.Ketrampilan itu tidak mereka buat sebagai hasil karya mereka itu yang menjadikan anak-anak sekarang tidak kreatif dan imajinatif.Apakah ini harga dari sebuah pendidikan modern..??

Awalnya Saya tidak pernah nyogok untuk yang namanya pendidikan,karena anak harus dipaksa giat belajar untuk mendapatkan nilai bagus Ternyata itu sama sekali tidak membantu,ketika anak Saya yang ketiga melanjutkan ke SMP Favorite di daerah kami,dia tidak lulus tapi malahan temannya yang peringkat 20 bisa diterima sementara anak saya peringkat 2,saat itu kemarahan saya memuncak dan Saya langsung mendatangi guru2nya dan mengatakan bahwa 'ini bukan sekolah favorit jika anak saya yang mendaftar tanpa koneksi apa-apa dan hanya mengandalkan kepintarannya saja tidak bisa lulus''.

Sejak masih sekolah dasar dia sudah termasuk anak yang pintar dan rajin belajar,tapi harus dikecewakan hingga akhirnya masuk ke sekolah lain,saat itu saya hanya bisa menasehatinya bahwa sekolah tidak menjamin siswanya nanti menjadi orang sukses karena kesuksesan itu ada dalam sikap masing-masing individu.Akhirnya dia menempuh pendidikannya di sekolah lain dan ketika masuk SMU saya sudah tidak mau berharap lagi dengan rangkingnya,bagi saya saat itu yang penting anak bisa masuk sekolah yang diinginkannya sehingga akhirnya saya mulai pakai pelicin dan memang jalannya pun licin banget..

Ketika Si Bungsu masuk sekolah,semuanya serba pakai pelicin.Diusia 4,5thn dia sudah duduk dibangku kelas 1 SD,setiap tahun naik kelas.Ketika kenaikan kelas saat orangtua lain subuh-subuh sudah ada disekolah untuk rebutan kursi anaknya,saya hanya menitipkan sejumlah uang untuk kursi anak saya.Ketika masuk SMP,saat anak dan orangtua harus begadang untuk dapat kursi untuk tes masuk SMP,Saya juga hanya menitipkan sejumlah uang untuk kursi anak saya.Begitu seterusnya hingga si bungsu terakhir bln kemaren mengikuti Ujian Nasional(UN).

Saya bukan tipe manusia yang suka kasih pelicin,saya sangat tidak setuju dengan cara-cara seperti itu,tapi ketiga anak saya yang belajar keras untuk menggapai cita-cita mereka ternyata tidak mendapatkan hasil yang positif.Ketika saya ceritakan uneg-uneg saya ke teman yang anaknya pandai dan sudah selesai study nya malah ditertawakan.Ternyata anak teman saya yang pandai pun tetap pakai pelicin,jadi kuncinya anak pintar tapi didukung juga dengan uang..

Naaah,yang memprihatinkan adalah ketika Si Bungsu menghadapi UN,tidak ada tanda-tanda kesibukannya belajar untuk ujian,tidak seperti kakak2nya yang lain atau juga ketika jaman saya sekolah dulu.Waktu ditanya kenapa tidak belajar?dengan santai dia menjawab;Buat apa belajar karena semua kunci jawaban akan dibagi saat ujian nanti dan guru-gurunya juga sudah menjamin 100% Lulus bagi anak didiknya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun