Mohon tunggu...
Zuragan Qripix™
Zuragan Qripix™ Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Setiap ketikan yg dibuat kelak menjadi prasasti saat kita wafat.. So, tuliskan hal2 yg baik dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki Mesum

8 Oktober 2010   13:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:36 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Namanya Karyo, usianya 46 tahun dan sudah mempunyai tiga orang putra. Tetapi pria satu ini masih saja jelalatan jika melihat daun muda yang sedang lewat. Jakunnya naik turun tak menentu disertai nafas memburu, padahal orang seumuran dia seharusnya sadar diri bahwa Malaikat Izroil bisa saja mencabut nyawanya seketika tanpa permisi.

Suatu saat dia melihat anak tetangganya yang masih SMA tetapi berbody semok dan ranum, sebut saja namanya Desy. Entah Setan mana yang lewat, timbul niat jahat Karyo untuk menodai gadis itu. Ide liciknya melintas, diajaknya Desy jalan-jalan dengan alasan akan mengajari cara membawa motor. Aneh bin ajaib, gayung bersambut. Gadis itu ternyata tidak menolak, tentu saja batin Karyo senang bukan kepalang.

Namanya juga kejahatan, pasti terjadi karena ada niat dan kesempatan. Ketika melintas di perkebunan yang sepi, Karyo memberhentikan laju motornya dan mulai melancarkan rayuan maut untuk menodai Desy. Sepertinya itu hari yang mujur buat Karyo, lagi-lagi Desy tak mengangguk juga tak menggeleng. Sebagai lelaki cabul, tentu saja ini kesempatan langka. Akhirnya dengan tergesa-gesa dia melampiaskan hawa nafsunya sebelum ketahuan orang lain yang mungkin lewat.

Apes! Ternyata kemujuran tadi hanyalah semu. Tanpa diduga oleh Karyo, tiba-tiba muncul tiga pemuda dari balik semak yang tak lain adalah anak-anaknya sendiri..

"Bapaaaaaaaaaaaaakkkk..............!!!!"

Karyo tersentak kaget dan langsung loyo..

*Sebelumnya Desy sudah smsan dengan salah seorang anak pak Karyo yang baru menjadi pacarnya.

Baca juga:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun