***
Naluri perempuan yang telah melahirkan, Â Bu Maryam pasti merasa kangen pada anaknya. Bu Maryam ingin sekali mengetahui kabar Solihin. Beberapa hari setelah peristiwa penangkapan Solihin, Bu Maryam berniat untuk menjenguk putranya di rumah tahanan.
"Nduk, Ibu kok beberapa hari ini tidak dapat tidur nyenyak. Setiap malam selalu teringat kakakmu. Besuk Ibu mbok diantar menjenguk kakakmu, ya? Boleh dijenguk to, Nduk?"
"Boleh, Bu, besuk pasti saya antar. Sekalian membawa makanan kesukaan Mas Solihin, ya Bu?"
"Ya, benar, Nduk. Ibu rasanya nggak tega melihat dia tidur di penjara. Pasti dingin, pengap dan menderita."
Kembali air mata Bu Maryam menetes deras. Dia menghapus buliran bening dengan pojok kebayanya.
Rina sampai kebingungan harus bagaimana cara menghibur Ibunya yang sekarang nampak lebih kurus dan matanya cekung.
Hari yang dijanjikan pun tiba. Rina mengantar Ibunya menjenguk Solihin di dalam penjara.
Begitu melihat Solihin, Bu Maryam langsung memeluknya erat-erat, seakan tidak ingin dilepaskan. Keduanya pun larut dalam kesedihan. Rina menyalami kakaknya yang sekarang terlihat lebih panjang rambutnya, kurang terawat, serta tidak rapi.
Waktu yang tersedia juga terbatas, sehingga Bu Maryam hanya berbicara seperlunya.
"Ibu sebenarnya merasa heran denganmu, Hin. Gimana sih kok kamu bisa sampai terbujuk dan berbuat nekat seperti ini. Kok ya mau menjadi pesuruh mengantarkan barang haram. Aku betul-betul malu pada almarhum Bapakmu."