Seorang lelaki tegap dan kekar datang menanyakan rumah Solihin pada kerumunan pemuda dusun yang malam itu sedang melakukan ronda kampung.
Beberapa pemuda tidak berani memberikan jawaban pada laki-laki asing itu, karena ada alasan tertentu. Akhirnya Pak Andi sebagai Kepala Dusun memberikan keterangan singkat.
Ternyata lelaki asing itu bukan sendirian saja, masih ada beberapa orang yang menunggu di mobil.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup akurat, segera pamit dan berlalu bersama rombongan.
Kepergian lelaki tegap tadi menimbulkan banyak tanda tanya dari pemuda dusun. Mereka saling pandang, tetapi tidak tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi.
Rumah Solihin, malam itu sepi, Â karena waktu juga sudah cukup larut. Rombongan lelaki tegap tadi akhirnya menemukan rumah Solihin. Beberapa kali mengetuk pintu, akhirnya pintu rumah kuno itu pun terbuka. Solihin terlibat percakapan serius dengan rombongan lelaki tegap itu, lalu sebuah borgol dipasangkan di tangan Solihin.
Bu Maryam yang sudah tidur akhirnya bangun karena mendengar sedikit keributan dan terdengar percakapan orang asing. Ketika melihat tangan Solihin telah diborgol,  tangis Bu Maryam pun  pecah.
Beberapa tetangga yang merasa terganggu akhirnya mengetahui peristiwa dramatis itu.
"Ada apa ini, salah apa anakku?" tanya Bu Maryam sambil menggoncang-goncangkan tangan lelaki tegap tadi.
Solihin hanya menunduk lesu. Berbagai perasaan berkecamuk di benaknya.
Tangis Bu Maryam semakin menjadi ketika mendengar jawaban lelaki tegap tadi.