"Met, nanti kamu nggak boleh main dulu sebelum bantu Ibu menyelesaikan pekerjaan rumah," ancam Bu Joko pada anak lelaki berumur sepuluh tahun itu.
Mata anak laki-laki itu meredup mendengar apa kata perempuan yang telah membesarkannya sejak bayi itu.
Ismet yang merasa diajak bicara hanya mengangguk pelan, meski dalam hatinya ada sedikit rasa iri ketika anak-anak sebayanya dengan senang dan bebas bermain di mana pun, dia hanya diberi kesempatan waktu yang sedikit.
Waktunya lebih banyak digunakan untuk membantu ibu yang berjualan makanan dan minuman di terminal, bahkan kadang sampai malam hari.
Ketika pulang dari berjualan, tubuhnya sudah loyo dan mengantuk.
Pagi hari ketika saat pelajaran di dalam kelas dimulai, Ismet banyak menguap, konsentrasinya juga berkurang.
Kadang guru merasa kasihan terhadap kondisinya. Ketika didekati guru, buru-buru Ismet minta izin untuk mencuci muka di kamar kecil.
Aktivitas Ismet sepulang sekolah, harus membantu ibunya menyiapkan bahan makanan dan berbagai keperluan yang akan dibawa di terminal untuk dijual.
Ismet saat ini kelas empat Sekolah Dasar. Lelaki berperawakan sedang, kulit cenderung hitam itu meski terlihat diam dan penurut, tetapi memiliki potensi yang luar biasa.
Di sekolah, dia sering menjadi juara kelas, serta berprestasi dalam bidang lain.
Guru dan teman-teman di sekolahnya sangat bangga karena dapat mengharumkan nama sekolah di tingkat kecamatan maupun kabupaten.