Oleh: Zuliana
Toko sembako merupakan salah satu bentuk usaha kecil yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. "Sembako" adalah singkatan dari "sembilan bahan pokok", yaitu kebutuhan dasar yang dikonsumsi sehari-hari oleh hampir semua rumah tangga, seperti beras, gula, minyak goreng, telur, tepung, dan garam. Keberadaan toko sembako tidak hanya penting dalam memenuhi kebutuhan harian, tetapi juga berkontribusi besar dalam perputaran ekonomi lokal.
Dalam era modern dan persaingan yang semakin ketat, toko sembako dituntut untuk terus berkembang. Tidak cukup hanya menjual barang dengan harga bersaing, pemilik usaha juga perlu memahami strategi pengelolaan yang efisien, pelayanan pelanggan yang baik, dan pemanfaatan teknologi. Beberapa toko sembako kini mulai menerapkan metode pembayaran digital, menawarkan layanan antar, hingga mempromosikan produk lewat media sosial.
Toko Aditia merupakan toko perlengkapan kebutuhan sehari-hari yang berlokasi di Kelurahan Nunukan Selatan Kecamatan Nunukan Kabupaten Nunukan. Awal mula berdirinya toko ini yaitu pada tahun 2019. Toko ini pada awalnya hanya menjual gula dan tepung terigu. Dan masih dikelola berdua bersama Adik, dari keuntungan yang didapatkan mulai menambah produk lagi di toko yaitu berupa makanan ringan, minuman dingin dan produk tersebut ternyata cepat laku dikarenakan lokasi toko Aditia dekat dengan kantor. Dan dari keuntungan penjualannya, setiap per 3 bulan selalu menambah jualannya sampai selengkap ini. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pendapatan.
Sebagian besar toko sembako dijalankan secara mandiri oleh individu atau keluarga, dan biasanya berlokasi di lingkungan padat penduduk. Meskipun berskala kecil, toko ini mampu menciptakan lapangan kerja dan menjadi penopang ekonomi rumah tangga.
Di tengah ketatnya persaingan usaha, toko sembako tetap menjadi salah satu bentuk bisnis yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat. Ia hadir bukan hanya sebagai tempat belanja kebutuhan pokok, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi mikro di lingkungan sekitarnya. Namun, agar toko sembako tetap bertahan dan berkembang, dibutuhkan lebih dari sekadar menjual barang dengan harga bersaing. Strategi pengembangan usaha menjadi kunci untuk meningkatkan pendapatan secara berkelanjutan.
Banyak toko sembako di Indonesia, termasuk di daerah seperti Nunukan Selatan, memulai usahanya secara sederhana---bermodalkan keterbatasan namun dengan tekad kuat. Salah satu contohnya adalah Toko Sembako Aditia yang berkembang dari penjualan dua jenis barang menjadi toko dengan beragam produk. Transformasi seperti ini tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi merupakan hasil dari strategi bertahap yang konsisten.
Salah satu strategi yang paling mendasar namun terbukti efektif adalah diversifikasi produk. Saat toko sembako tidak lagi hanya menjual beras, gula, dan minyak goreng, tetapi juga menyediakan makanan ringan, minuman dingin, produk kebersihan, hingga kebutuhan rumah tangga lainnya, maka peluang transaksi dan margin keuntungan pun meningkat. Diversifikasi ini membuat toko lebih menarik dan menjawab kebutuhan pelanggan secara lebih lengkap.
Namun diversifikasi saja tidak cukup. Pemanfaatan teknologi juga menjadi keharusan. Di era digital, di mana konsumen semakin terbiasa dengan pembayaran non-tunai dan pembelian online, toko sembako yang masih bergantung penuh pada sistem manual akan tertinggal. Karena itu, pengembangan usaha juga mencakup digitalisasi sistem keuangan, promosi melalui media sosial lokal, serta penggunaan aplikasi sederhana untuk pencatatan penjualan dan stok barang.
Strategi pelayanan pelanggan juga memiliki dampak signifikan terhadap pendapatan. Toko-toko kecil yang memberikan pelayanan ramah, cepat, dan menjalin hubungan personal dengan pelanggan cenderung mendapatkan loyalitas yang kuat. Bahkan dalam persaingan dengan minimarket modern, aspek ini sering menjadi keunggulan yang tidak bisa digantikan.