Mohon tunggu...
ZULFIAN SYAH
ZULFIAN SYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Alam Takambang Jadi Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Matematika, Belajar Kehidupan [Bagian 4]

9 Maret 2019   21:52 Diperbarui: 9 Maret 2019   22:49 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Jikalau menggunakan konsep yang penulis paparkan yaitu dengan memilih jenis air yang akan digunakan untuk bersuci/berwudu sesuai syariat, maka untuk nilai pada baris pertama, jika kita menemukan air bersih dan air bersih, maka pastinya kita memilih air bersih, karena pilihannya hanya air bersih, sehingga nilai kebenarannya bernilai benar. 

Untuk nilai pada baris kedua, jika kita menemukan air bersih dan air kotor, maka kecenderungannya adalah memilih air bersih, sehingga nilai kebenarannya adalah benar. Untuk nilai pada baris ketiga, jika kita menemukan air kotor dan air bersih, maka kecenderungannya adalah memilih air bersih, sehingga nilai kebenarannya bernilai benar. Untuk baris terakhir, jika kita menemukan air kotor dan air kotor, maka mau tidak mau kita terpaksa memilih air yang kotor karena tidak ada pilihan lain selain air kotor, sehingga nilai kebenarannya adalah salah.

  • Nilai Kebenaran Implikasi atau “Jika-Maka” (=>)

Selanjutnya, untuk memahami nilai kebenaran dari “implikasi” (=>) kita analogikan bahwa hasil atau nilai kebenaran dari Logika “Implikasi” ini seperti halnya melakukan kebaikan yakni memberi bantuan. Anggap bahwa nilai benar mewakili lebih baik dan nilai salah mewakili biasa-biasa saja. Sebelumnya penulis akan menunjukkan nilai kebenaran untuk Logika “Jika-Maka” pada tabel kebenaran.

Misalkan kita akan menunjukkan nilai kebenaran dari P v Q (dibaca, jika P maka Q)

dokpri
dokpri
Jikalau menggunakan konsep yang penulis paparkan yaitu dengan menganalogikannya dengan memberi bantuan, maka untuk nilai pada baris pertama, jika kita mampu untuk memberi lebih kemudian kita memberikan yang demikian, maka hal ini adalah baik karena hal ini merupakan sebuah kepatutan, sehingga nilai kebenarannya bernilai benar. 

Untuk nilai pada baris kedua, jika kita mampu untuk memberi lebih tetapi kita memberikan yang biasa-biasa saja, maka hal ini merupakan sesuatu yang kejanggalan (kurang baik) karena kurang patut, sehingga nilai kebenarannya adalah salah. Untuk nilai pada baris ketiga, ketika kita mampu untuk memberikan yang biasa-biasa saja namun kita memberi lebih, hal ini adalah baik karena berusaha untuk sesuatu yang lebih baik, asalkan tidak menimbulkan kemudaratan setelahnya, seperti halnya tidak ada lagi sesuatu untuknya, sehingga nilai kebenarannya bernilai benar. 

Untuk baris terakhir, jika kita hanya mampu untuk memberi yang biasa-biasa saja kemudian kita memberikan yang demikian, maka hal ini adalah baik karena hal ini sudah merupakan sebuah kepatutan, sehingga nilai kebenarannya bernilai benar.

  • Nilai Kebenaran Biimplikasi atau “Jika dan Hanya Jika” (<=>)

Selanjutnya, untuk memahami nilai kebenaran dari “biimplikasi” (<=>) kita analogikan bahwa hasil atau nilai kebenaran dari Logika “Biimplikasi” ini seperti halnya kejujuran. Anggap bahwa nilai benar mewakili kebenaran dan nilai salah mewakili kesalahan. Sebelumnya penulis akan menunjukkan nilai kebenaran untuk Logika “Jika dan Hanya Jika” pada tabel kebenaran.

Misalkan kita akan menunjukkan nilai kebenaran dari P <=> Q (dibaca, P Jika dan Hanya Jika Q)

dokpri
dokpri
Jikalau menggunakan konsep yang penulis paparkan yaitu dengan menganalogikannya dengan kejujuran, maka untuk nilai pada baris pertama, jika seseorang melihat kebenaran dan ia menyampaikan bahwasanya itu kebenaran, maka hal ini adalah kejujuran, sehingga nilai kebenarannya bernilai benar. Untuk nilai pada baris kedua, jika seseorang melihat kebenaran dan ia menyampaikan bahwasanya itu kesalahan, maka hal ini adalah kebohongan, sehingga nilai kebenarannya adalah salah. 

Untuk nilai pada baris ketiga, ketika seseorang melihat kesalahan dan ia menyampaikan bahwasanya itu kebenaran, maka hal ini adalah kebohongan, sehingga nilai kebenarannya bernilai salah. Untuk baris terakhir, jika seseorang melihat kesalahan dan ia menyampaikan bahwasanya itu kesalahan, maka hal ini adalah kejujuran, sehingga nilai kebenarannya bernilai benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun