Jangankan Pesta Demokrasi, Pesta di rumah mertua sajapun orang akan enggan datang, kalau harus menentang rasa takut terhadap Covid 19. Rasa takut yang sudah tertanamkan selama terjadinya Pandemi Korona itu.Â
Anak-anak Sekolah diliburkan, dan diajar melalui cara Daring. Sementara Pilkada diteruskan, apakah hal ini tidak akan menjadi tanda Tanya besar Rakyat Indonesia.Â
Lantas pihak penyelenggara yaitu KPU, pasti menjelaskan Pilkada nantinya akan ketat, dilaksanakan dengan cara procedure Covid 19. Seperti ungkapan apa itu? Pilkada serentak itu hanya satu hari, di bulan Desember. Prosesnya bagaimana, rangkaian perburuan suara yang harus dilakukan para calon. Para calon harus memburu suara pemilih, bukan hanya seratus dua ratus orang seperti Pemilihan Kepala Desa.
Kayak enggak tahu saja kalau proses penetapan calon 24 September 2020 sampai kepada hari H, Pilkada Serentak itu memakan waktu sekitar enam puluh hari. Adalah suatu hal yang tidak mungkin para Calon yang akan mendulang Puluhan ribu suara, diam saja seperti orang memancing ditepi Sungai. Dan percaya kalau Baliho-baliho yang mereka pajang itu, bisa melambaikan tangan kepada para pemilih.Â
Atau siapa calon yang berani menjamin dirinya, tidak turun ke lapangan selama masa Kampanye? Dan kalau sudah turun ke lapangan ngapain? Pertemuan dengan masa pendukung, itu jarang dilakukan seorang calon, kalau masanya hanya dibawah lima puluh orang. Tekor, ongkos jalan saja, tidak tertutupi.
Siapapun para calon akan melakukan trik politik, karena Pilkada merupakan salah satu prosesi politik, termasuk Politik Praktis.
Kalau yang bakal memberikan suara itu adalah warga masyarakat, pasti yang dituju dan dihimpun adalah masyarakat itu. Masyarakat juga memang enggak bodoh, kalau Bahasa Sumatera Utaranya hanya Kombur Malotup, itu pun Masa akan pulang ngomel, ngomel karena tidak bawa uang jajan.Â
Siapa yang tidak geram, hanya dijelali cerita mau mau membangun daerah, melaksanakan perbaikan kedepan. Rakyat sementara sudah bosan mendengar janji-janji Kampanye, yang ditunggu, Wanipiro Bos.Enggak ada yang di Waniin, tahapan lanjutnya jelas ngomel baru membahas Bahaya Korona, itu karena pulang kosong. Kalau Kantong diisi, yah bisa saja ngomong, alah enggak apa-apanya itu Covid 19.
Permasalahan di tengah-tengah masyarakat itu cukup kompleks menuju ke waktu Pilkada Serentak itu, Dan ngumpul-ngumpul itu tidak akan bisa dielakan, karena pada dasarnya memang harus ngumpul. Jadi kalau yang dipersiapkan sesuai dengan prosedure Covid 19 itu, adalah hanya hari "H" Pelaksanaan Pemilu, bagaimana jadinya rangkaian menuju kehari itu. Hal itu sangat penting dipikirkan, jangan coba-coba dinafikan, karena gereget keinginan untuk melaksanakan Pesta Demokrasi.
Kalau pelaksanaan Pilkada itu tetap dipaksakan tahun ini, melalui proses perburuan suara para calon, dakam rangkaian aktivitas yang tidak formal ngumpul-ngumpul seperti arisan, itu juga akan menjadi tanda Tanya masyarakat, apa betul Covid 19 itu ada. Kok ada, mengapa proses ngumpul-ngumpul itu terjadi.
Ada yang lucu dalam prosesi pendaftaran para Calon Peserta Pilkada di Kantor-kantor KPUD setempat baru-baru ini. Di Kabupaten Labuhanbatu, prosesnya tiga hari dari Jum'at sampai ke Minggu, calon yang mendaftar ada lima pasangan.