Mohon tunggu...
Zulfa Mahdiyah
Zulfa Mahdiyah Mohon Tunggu... Mahasiswi S1 UNU YOGYAKARTA | S2 UINSSC

Mahasiswa yang tumbuh dalam nilai-nilai pesantren, menjunjung tinggi disiplin, keikhlasan, dan keilmuan sebagai landasan hidup. Berkomitmen melanjutkan pengembangan diri melalui studi strata dua dengan semangat menggabungkan tradisi keislaman dan ilmu pengetahuan modern. Bertekad menjadi akademisi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga berintegritas dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tokoh dan Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam Klasik: Telaah Ihya 'Ulumuddin oleh al-Ghazali dan Tahdzib al-Akhlaq Ibnu Miskawaih

18 Oktober 2025   13:11 Diperbarui: 18 Oktober 2025   12:22 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

al-Ghazali dan Ibnu Miskawaih merupakan dua figur sentral yang karya-karyanya bukan hanya merefleksikan dinamika intelektual masa klasik, tetapi juga membentuk pondasi pemikiran pendidikan, etika, dan spiritual yang relevan sampai hari ini.

al-Ghazali dengan karyanya Ihya ‘Ulumiddin tidak hanya mengajarkan ilmu syariat dan tasawuf, tetapi juga memberikan pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek akal, hati, dan perilaku. Ihya ‘Ulumiddin secara sistematis membedah aspek-aspek pendidikan karakter, pengembangan jiwa, dan etika melalui perspektif Islam yang mendalam. al-Ghazali menekankan bahwa pendidikan ideal tidak hanya transfer informasi, tetapi proses transformasi insan yang melibatkan aspek spiritual dan moral. Pendekatan ini sangat penting dalam menghadapi tantangan modern yang kerap memisahkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai etis.

Sementara itu, Ibnu Miskawaih melalui karyanya Tahdzib al-Akhlaq menawarkan kontribusi signifikan dengan perhatian pada etika moral sebagai fondasi pendidikan. Ia melihat budi pekerti sebagai hasil proses pembelajaran yang berkesinambungan, yang terbentuk dari kebiasaan dan pemahaman yang benar. Pemikiran Ibnu Miskawaih yang rasional dan filosofis mengajak kita untuk memahami bahwa pendidikan bukan sekadar penyampaian ilmu, tetapi pembentukan karakter melalui latihan etika yang konsisten dan kesadaran intelektual. Ia juga menunjukkan bahwa penguasaan akal dan moral adalah sedulur, beriringan membentuk insan yang sempurna.

Kedua tokoh ini secara bersama-sama menegaskan pentingnya pendidikan Islam yang seimbang antara ilmu pengetahuan, spiritualitas, dan etika. Dalam konteks kekinian, pemikiran mereka sangat relevan untuk menjawab problematika pendidikan yang seringkali terjebak pada sekadar aspek transfer ilmu tanpa pembentukan karakter dan nilai. Pendidikan modern bisa mendapatkan banyak pelajaran dari Ihya dan Tahdzib al-Akhlaq untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual.

Karya-karya tersebut juga menantang kita untuk melihat filsafat pendidikan Islam klasik bukan hanya sebagai dokumen sejarah, melainkan sumber inspirasi yang dinamis dan aplikatif. Integrasi antara ilmu, iman, dan amal yang mereka tawarkan memberikan model pendidikan yang komprehensif dan terarah. Hal ini juga menegaskan bahwa pendidikan dalam Islam bukan hanya kewajiban sosial, tetapi jalan pembentukan manusia seutuhnya.

Selain itu, pemikiran al-Ghazali dan Ibnu Miskawaih membantu kita memahami pentingnya aspek psikologis dalam pendidikan, seperti pengendalian hawa nafsu, pembentukan kebiasaan baik, dan pencapaian keseimbangan jiwa. Ini sangat krusial dalam konteks perkembangan teknologi dan budaya saat ini yang sering kali menimbulkan disorientasi nilai dan spiritual.

Secara singkat, studi terhadap Ihya ‘Ulumiddin dan Tahdzib al-Akhlaq menghadirkan warisan intelektual yang mendalam bagi pendidikan Islam kontemporer. Melalui karya-karya ini, kita mendapatkan peta konseptual tentang bagaimana pendidikan harus diarahkan—bukan hanya untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, tetapi untuk membentuk insan yang berakhlak mulia, bermoral, dan berjiwa bersih. Oleh karena itu, pengkajian dan implementasi pemikiran al-Ghazali dan Ibnu Miskawaih sangat penting dalam menciptakan sistem pendidikan Islami yang tidak hanya canggih dan modern, tetapi juga berkarakter dan bermartabat. Upaya ini akan memperkuat identitas dan keunggulan pendidikan Islam di tengah arus globalisasi dan perubahan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun