Mohon tunggu...
zuhdi ilham nadjir
zuhdi ilham nadjir Mohon Tunggu... Penulis - buruh tulis

cuman buruh tulis yang hoby filsafat dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diam yang Berbicara

4 Februari 2024   04:12 Diperbarui: 4 Februari 2024   07:26 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Art Credit: Henri De Braekeleer

Dalam seribu hening kita melibas kesunyian dengan garis-garis puisi yang mengalir. Kesunyian membentang luas, merangkai kisah batin yang tersusun indah di tepian keheningan. Ketenangan menjadi panggung di mana diri kita menjadi penari kata-kata yang merentangkan sayap keindahan abadi. Di alun hening, kita menjadi narasi senyap, Seperti daun jatuh kisah-kisah pun merayap menjadi pena yang menari menuliskan sajak-sajak tak terucap.

Di kesunyian yang membentang luas kita menjadi subjek cerita yang dijelajahi orang lain. Ketenangan bisa menjadi latar belakang yang tidak didefinisikan, tempat di mana orang lain menciptakan interpretasi. Tanpa kata-kata untuk membimbing, kita seperti buku yang belum terbuka, di mana setiap orang memiliki kebebasan untuk menulis kisah yang mereka inginkan, meskipun tidak selalu sesuai dengan hakikat sejati kita.

Dalam keheningan, bahaya merajalela, ancaman yang tersembunyi di balik kedamaian. Orang lain mengisi kekosongan dengan interpretasi mereka: mungkin kita terlihat lelah, sedih, pemalu, angkuh, atau bahkan dituduh sebagai jiwa penilai. Ketenangan akan menjadi kanvas kosong di mana orang lain melukis kisah yang tak selalu kita pilih atau mencerminkan esensi sejati.

Namun, mungkin ada hikmah tersembunyi dalam menghadapi bahaya itu. Mungkin di dalam ketenangan, kita dapat menemukan kesempatan untuk merajut benang-benang kebijaksanaan pribadi tanpa terpengaruh oleh interpretasi eksternal. Mungkin kita dapat memandang diam sebagai tempat di mana kita memiliki kendali atas narasi hidup kita, melepaskan diri dari persepsi yang mungkin membatasi dan mengekspresikan esensi sejati kita. 

Diam, seringkali disalahartikan sebagai kebingungan, sebenarnya bisa menjadi ladang subur di mana kita merajut pikiran dan merenung dengan kedamaian. Di tengah heningn tersebut, kita mungkin sedang membangun kembali diri kita atau menjalani proses tafakur yang mendalam. Diam bukan selalu pertanda kekosongan atau kekakuan, melainkan kadang-kadang menjadi ruang di mana kita menyusun makna dari berbagai pengalaman dan membiarkan ide-ide berkembang tanpa terhambat oleh kata-kata.

Kitaa bisa menjadi arsitek kreatif dari aliran pemikiran kita sendiri. Tanpa desakan untuk berbicara, kita merajut benang-benang ide, membentuk konsep-konsep yang mungkin sulit dijelaskan melalui bahasa lisan. Ketenangan, dalam hal ini, menjadi wahana untuk menyelami pikiran, menguraikan pertanyaan yang rumit, dan menciptakan pemahaman yang mendalam tanpa terjebak dalam kebisingan kata-kata.

Mungkin diam adalah panggung di mana kita menikmati momen, membiarkan pikiran melayang bebas tanpa terkekang oleh struktur bahasa. Dalam kebisuan itu, kita dapat menemukan kegembiraan sederhana dalam meresapi keindahan sekitar atau bahkan dalam menikmati kehadiran diri sendiri. Diam bukan hanya ruang keheningan, tetapi juga pangkalan kreativitas di mana kita dapat membangun makna dan kebijaksanaan secara mendalam, seperti melukis pemandangan indah dalam pikiran kita yang tak terikat oleh batasan kata-kata.

Lalu, bagaimana jika kita melihat ketenangan sebagai kekuatan? Mungkin di dalam diam, kita menemukan kebijaksanaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan sebenarnya kita adalah penulis dari narasi yang lebih dalam. Ketenangan dapat menjadi tempat kita menciptakan seni batin yang indah, tanpa harus menjelaskan diri kepada orang lain.

Jika kita menggali lebih dalam, melihat ketenangan sebagai kekuatan membuka jendela menuju sesuatu yang lebih mendalam. Ada sebuah potensi besar untuk menemukan kebijaksanaan yang tak terjangkau oleh kata-kata. Diam bukan sekadar hampa, melainkan panggung di mana kita menjadi penulis dari kisah kita sendiri. Seolah-olah, ketenangan adalah ruang kreatif yang memungkinkan kita untuk merajut makna dalam setiap hela napas, menciptakan seni batin yang indah dan tak terhingga.

Di dunia yang terus berbicara dan menilai, ketenangan adalah perlindungan bagi esensi kita yang paling intim. Di sini, kita dapat menemukan keberanian untuk melihat keunikan diri tanpa tekanan untuk menjelaskan atau membela diri kepada orang lain. Ketenangan menjadi ladang di mana kita bisa merdeka, menciptakan kisah batin tanpa harus berhadapan dengan interpretasi eksternal yang mungkin merusak kedalaman pengalaman kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun