Pada ajang Piala AFF 2018, tepatnya pada laga kedua penyisihan Grup B, Timor Leste bertandang ke GBK menjamu Indonesia. Dan sialnya, pelatih Timor Leste, Norio Tsukitate mengeluhkan kondisi GBK: rumput buruk. Bayangkan, rumah sendiri dikritik orang luar. Pedih tauk. Malu juga.Â
Pada 26 Januari 2024 lalu, rumput GBK juga menuai kritikan. Saat laga uji Indonesia U20 versus Thailand U20, rumput GBK terlihat jauh dari kata "memuaskan".Â
Dan baru-baru ini, ya di laga kontra Vietnam itu sendiri. Rumput GBK, lagi-lagi sukses bikin kecewa.Â
Sepertinya kita akan terus terpaksa menikmati dan memaklumi kerusakan rumput GBK
GBK sudah tak asing lagi dijadikan tempat aye-aye. Konser oke, tempat kampanye oke. GBK dipaksa menjadi tempat yang ideal untuk melangsungkan acara besar-besaran. Sepintas memang tak ada masalah dengan acara itu.Â
Namun, yang menjadi permasalahan adalah, kenapa GBK kurang sentuhan serius untuk diperbaiki rumputnya setelah menggelar acara di GBK itu sendiri. Padahal, sudah semestinya hal itu dilakukan agar rumput GBK kembali seperti semula setelah dibooking untuk kesuksesan suatu acara.Â
Dan, untuk memperbaiki kerusakan rumput GBK rasanya tak se-jelimet mempersiapkan panggung untuk konser dan kampanye. Bahkan, untuk memoles rumput GBK tak perlu mengusung sound system ke dalam lapangan. Apa susahnya, kan? Saya nggak yakin kalau pengelola GBK kesusahan dan malas untuk mengurusnya. Â
Paling, Pak Erick Thohir dan pengelolanya cuma lupa dengan tujuan GBK ini diciptakan. Yang kita tahu, GBK dibangun pada 1962 karena ditunjuk jadi tuan rumah Asian Games ke-1V setelah Tokyo. Untuk apa? Ya untuk menampung--untuk menyukseskan ajang olahraga 5 tahunan itu.Â
Jadi jelas, GBK dibangun untuk ajang olahraga. Bukan non olahraga. Tapi, paling Pak Erick Thohir dkk mengira ajang 5 tahunan itu adalah pesta demokrasi bukan Asian Games. Makanya, pihak terkait semangat membangun panggung di dalam GBK untuk kampanye, tapi males betul memperbaiki GBK ketika dibutuhkan untuk ajang olahraga.Â
Maka, jika nanti di ajang olahraga lain timnas bermain di GBK dan rumputnya kembali belang-belang seperti kulit buaya, ya.... tak ada pilihan lain selain kita terpaksa untuk memakluminya.Â
Gini, lho. Timnasnya boleh level Eropa, tapi kualitas rumput lapangan tetap ala Liga 3. Artinya, meski skuad timnasnya naturalisasi, ya tetap merendeh. Tetap gunakan rumput seadanya. Biar lawannya nggak tahu passing juga. Tuh liat, Vietnam kalah di GBK dengan kualitas rumput yang jelek. Ya Ilahi. Intinya, ayo nikmati pemandangan rumput GBK.Â