Mohon tunggu...
ziad archieve2
ziad archieve2 Mohon Tunggu... siswa

muhammad ziad hobi tidur makan dan menbagikan fakta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Globalisasi: antara kemajuan dan krisis iklim

11 September 2025   09:26 Diperbarui: 11 September 2025   09:25 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Globalisasi sering kali terdengar keren. Dunia semakin terkoneksi, barang dari ujung dunia bisa hadir di depan pintu hanya dengan sekali klik, industri berkembang, dan konsumsi terasa semakin mudah. Namun, di balik segala kemudahan itu, pernahkah kita bertanya: siapa yang sebenarnya membayar harga dari semua “kemajuan” ini?

Jawabannya sederhana: bumi kita sendiri.

Fakta Kenaikan Suhu Bumi

Menurut IPCC (2023), suhu rata-rata bumi telah meningkat +1,1°C dibandingkan era pra-industri. Jika emisi gas rumah kaca tidak ditekan, pada dekade 2030-an kenaikan suhu bisa menembus 1,5°C. Sekilas angka itu tampak kecil, tetapi dampaknya sangat besar.

Bukti nyata sudah terjadi di depan mata:
•Banjir besar di Pakistan (2022) menenggelamkan area luas dan berdampak pada 33 juta orang.
•Gelombang panas di Eropa menelan ribuan korban jiwa.
•Kekeringan di Afrika Timur menyebabkan jutaan orang mengalami kelaparan.

Ini bukan lagi bayangan masa depan—semuanya sudah nyata sekarang.

Globalisasi dan Jejak Karbon

Apa hubungannya dengan globalisasi? Globalisasi bukan hanya mempercepat koneksi antarbangsa, tetapi juga mendorong konsumsi besar-besaran.
•Menurut FAO (2022), sistem pangan global menyumbang 26% emisi dunia.
•International Energy Agency (IEA) melaporkan sektor transportasi global menyumbang 24% emisi CO₂.

Artinya, semakin global gaya hidup kita, semakin besar pula jejak karbon yang kita tinggalkan. Pertanyaannya: apakah globalisasi masih bisa disebut “kemajuan” jika pada akhirnya mendekatkan kita pada krisis iklim?

Solusi dari Hal Sederhana

Meski terdengar mengkhawatirkan, bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Justru, perubahan bisa dimulai dari langkah sederhana:
•Matikan lampu ketika tidak digunakan dan pilih lampu hemat energi.
•Untuk jarak dekat, biasakan berjalan kaki atau bersepeda—lebih ramah lingkungan sekaligus menyehatkan.
•Kurangi plastik sekali pakai dengan membawa botol minum dan tas belanja sendiri.
•Dukung produk lokal untuk mengurangi jejak karbon transportasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun