Mohon tunggu...
Ladut Guido de Arizo
Ladut Guido de Arizo Mohon Tunggu... Petani - Clove Farmer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Petani yang Berpenghasilan Miris

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ikeng dan Suntikan Segelas Tuak

15 Juli 2019   21:50 Diperbarui: 20 Juli 2019   11:44 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adalah Ikeng sebutan bagi Perempuan/wanita yang masih muda dan berstatus lajang. Dalam kultus kehidupan masyarakat Wangkung Pacar-Manggarai Barat sejak dulu hingga sekarang, Ikeng selalu saja menjadi kosekuensi logis untuk diperbincangkan ketika penalaran akal sudah sedikit oleng karena pengaruh Tuak.

Tuak sendiri adalah sejenis miras lokal yang dihasilkan dari penyulingan air nira dari pohon aren. Minuman yang memabukkan ini dulunya adalah minuman yang hanya dihidangkan untuk jamuan di acara adat. Minuman hasil fermentasi ini dihidangkan bagi bapak-bapak dan tetua adat dalam acara adat dan pertemuan penting di Wangkung.

Tapi sekarang, Tuak sudah menjadi minuman lintas generasi, termasuk bagi kaula muda. Disana mereka (anak muda) berbincang bincang, bernyanyi, bercatur dan bermain kartu sambil minum tuak. Dan ya, Ikeng menjadi topik pembicaraan yang mengasyikan"

Agak unik memang, minuman yang memabukan ini konon amat dipercayai akan membuat seseorang jujur dan lebih terbuka tanpa ada yang ditutup tutupi.

"Nah, terkhusus bagi rekan rekan yang kepengen nembak gebetan tapi masih grogi dan belum cukup berani, mungkin butuh sedikit tuak agar tampil garang dan sedikit PDan".

Karenanya biar tak mabuk kepayang, tuak biasanya diminum dengan cemilan pengiring seperti ikan bakar, pisang bakar maupun pelmara. Dan juga biasanya minuman ini disajikan dalam ukuran 30 ml untuk sekali tenggak. Jeda setiap tenggaknya biasanya 5 menit agar kehangatannya meresap kedalam tubuh.

Perempuan di desa saya juga ikut menenggak tuak. Namun waktu dan tempatnya sudah ditetapkan. Biasanya wanita yang baru melahirkan dianjurkan untuk meminum tuak agar memperlancar air susunya dan berkeringat banyak, guna mengeluarkan kotoran kotoran dari dalam badannya.

Demikian beberapa obrolan faktual tentang tuak yang mungkin anda belum tahu. Terlepas dari stigma negatif dari masyarakat umum terhadap tuak yang merupakan minuman yang memabukan, tidak pantas diminum, atau bahkan haram. Tapi yang pasti tuak tidak akan bisa terlepas dari kehidupan orang Manggarai.

"Tuak mengandung banyak makna positif jika digunakan untuk tujuan kebaikan".

Penulis juga tidak mensugesti anda untuk mencoba meminum tuak. Penulis hanya ingin membagi tentang esensi tuak bagi orang Manggarai dan cerita unik hingga obrolan ajaib seputarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun