Mohon tunggu...
M. Fauzan Zenrif
M. Fauzan Zenrif Mohon Tunggu... Dosen - Zenrif

Hidup Itu Belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jogja Selalu Beda, Sisi Lain Tak Terbaca dari Fakta Malioboro

14 Agustus 2019   09:01 Diperbarui: 14 Agustus 2019   09:10 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jogja oh Jogja sumber: tangkapan layar pada google map

Sebungkus Makanan Ringan Dibelikan Seorang Kawan/dokpri
Sebungkus Makanan Ringan Dibelikan Seorang Kawan/dokpri
Saya tak mengerti mengapa bangsa ini sudah sangat tidak bisa memahami kondisi dengan baik. Keterdiaman fakta ini mungkin hanya seonggok guratan fakta sosial yang bergunung laksana gunung es. Begitu benakku mulai nakal memandang kenyataan itu. Mau diapakan lagi, ya sudah lah... Saya pun tak berdaya ingin berkata apa terhadap fakta nyata depan mata.

Bersepatu Pantofel, Pria Asongan Jajahkan Barang/dokpri
Bersepatu Pantofel, Pria Asongan Jajahkan Barang/dokpri
Setelah lama berpikir liar tentang dua orang itu, saya ingin pindah tempat yang mungkin lebih nikmat. Ada dua remaja, mungkin suami isteri, sedang duduk di sebuah kursi. 

Saya ingin menikmati suasana seperti mereka, duduk lalu tersenyum sendiri. Tapi tak lama kemudian, tiba-tiba seorang pedagang asongan duduk di depan saya. 

Orang ini menarik perhatian saya, bukan karena dia pedagang asongan, tapi karena performance yang agak beda dengan asongan yang sering saya lihat di temoat lain di bangsa yang katanya mulai maju ini.

Dengan pantofel yang digunakan, dan celana bersetrika lincip, topi merah yang digunakan, tak sejaln dengan barang dagangan yang dibawa, apalagi dengan wajah kusut yang ditampilkan. 

Ah.. Jogja memang beda. Mungkin ini lah model fakta ekonomi Jogja, begitu pikiran ku mengelana ke alam bawah sadar saya tentang nama besar Malioboro.

Sempatkan Diri Istirahat walau Tak Senyaman Kamar Hotel/dokpri
Sempatkan Diri Istirahat walau Tak Senyaman Kamar Hotel/dokpri
Baru saja saya ingin berbincang ringan dengan abang penarik perhatian nakal ini, saya berdiri ingin menghampiri, tapi mata ini tertatap dengan fakta lain yang sudah lama tak saya lihat. Seorang abang becak tidur dengan pulas di atas becaknya.

Duh Gusti... Begitu hebat Engkau ciptakan rasa tenang bagi hambaMu. Engkau berikan kemudahan bagi hamba Mu menikmati indahnya mimpi, walau hanya begini kondisi dan situasi.

Becak bercatkan kuning di bagian slebor dan bertuliskan Mailoboro itu tak seindah kamar hotel yang aku tumpangi malam inj. Tapi lihatlah Gusti..., dia bisa tidur lebih nyenyak, walau hanya berbantalkan sandaran becak. 

Seakan tak peduli dengan hiruk pikuk dan gegap gempita tawa mereka, celana pendek yang digunakannya laksana selimut empuk yang ada di hotel seberang sana. Duh Gusti.... hati ku terus merintih melihat nasip anak bangsa yang katanya mulai maju menuju masa 4.0 ini...

Saya baru sadar dari kegalauan, saat tiba-tiba abang asongan penarik perhatian itu berdiri dan bergerak tanpa kata. Ah.. Gagal deh wawancara...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun