Mohon tunggu...
khalid al-jihad
khalid al-jihad Mohon Tunggu... mahasiswa -

kulangkahkan kaki, melompat lebih tinggi, kugapai semua mimpi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wakil Rakyat? Sudahkah Mereka Merakyat?

9 Januari 2016   11:29 Diperbarui: 5 Januari 2017   19:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.beritacianjur.com

 

Wakil rakyat bukanlah jabatan yang sembarang. Bukan pula dihuni oleh orang-orang yang sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang dipandang mampu mewakili masyarakat dalam menjaga eksistensi negara ini. Memperjuangkan hak hidup semua rakyat negara Indonesia. Filosofi inilah yang kerap akan muncul, setiap kali mendengar kalimat “Wakil rakyat”. Namun siapa sangka, sebagian besar di Indonesia, tugas berat ini kebanyakan diisi oleh orang-orang yang hanya ingin menuntaskan nafsu duniawinya saja. Mereka berlomba-lomba mengumpulkan harta untuk menjamin kenyamanan dan ketentraman hidupnya, bahkan sampai anak cucunya.

Sudah menjadi rahasia umum, keperawakan sebagian besar para wakil rakyat patut dipertanyakan. Sudah berderet nama-nama wakil rakyat yang saat ini berubah panggilan dengan inisial “Tersangka”. Mereka banyak terjerat kasus-kasus, yang mestinya tidak pantas mereka lakukan. Perbuatan ini hanya akan mencoreng-moreng wajah negara Indonesia ini. Bahkan perbuatan mereka hanya akan menyesakan dada para rakyat yang berobsesi untuk dapat bertahan hidup hari demi hari.

Ini sudah menjadi sebuah ironi yang menjadi tontonan khalayak ramai. Sampai hari ini, rakyat masih menyaksikan ketidakstabilan fungsi-fungsi elite dinegara ini. Ditambah dengan gencarnya para aktor dan aktris yang mencuatkan namanya di deretan para pejabat elite. Apa yang akan mereka bawa untuk memimpin dan mewakili rakyat Indonesia ini?. Basic yang melenceng dari sosok wakil rakyat. Kualitas mereka akan teruji dan akan terbuktikan dengan bergulirnya hari. Eks artis ini beranggapan bahwa ia mampu mengeban amanah yang diberikan kepadanya dan selalu berambisi tuk mempertahankan eksistensi negara Indonesia.

Adakalanya kita mencontoh kepada negara Inggris. Disana para rakyat tak pernah menganggap istimewa para pejabat kenegaraanya. Mereka menganggap, para pejabat adalah para pekerja yang bertugas melayani kebutuhan rakyat dan memenuhi kepentingan-kepentingan lainnya. Mereka dianggap sederajat dengan rakyat yang ada di wilayah kekuasaannya. Tak ada yang diistimewakan dari sosok-sosok wakil rakyat disana. Namun, kita dapat lihat bersama kualitas yang dimiliki oleh kaum elite dinegara Inggris, dapat dikatakan jauh dengan kualitas kaum-kaum elite di negara kita ini. Di Indonesia, pejabat meminta untuk diistimewakan. Dengan semua fasilitas yang diberikan oleh negara kepadanya. Namun setelah sampai di tempat bertugasnya, mereka tak sesuai dengan yang diharapkan dan tak sesuai dengan kode etik yang seharusnya ia pegang.

Banyak perseteru-perseteruan yang terjadi diantara mereka. Mungkin, ini menjadi salah satu penyebab konflik-konflik yang tersaji digedung dewan. Dan ini yang menjadi kemerosotan bangsa Indonesia ini, baik dirasakan secara sadar maupun tidak.

“Wakil rakyat, seharusnya merakyat. Jangan tidur waktu sidang soal rakyat…blablabla”. Mungkin lirik lagu ini yang dapat menggambarkan dunia perpolitikan dinegara Indonesia. Lalu siapa yang patut disalahkan???...yang memilih atau yang terpilih. Memiliki tatanan negara yang sesuai dengan harapan, menjadi dambaan semua orang. Menjadi orang yang dibebankan amanah tidaklah mudah, namun apabila kita selalu berupaya untuk menyelesaikan tugas-tugas kita pastinya dengan hukum yang sesuai, maka kelak kemudahan akan datang kepada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun