Seorang laki-laki datang menghampiri Rasulullah. Ia seorang Madinah. Pada awal masa hijriah Rasulullah ke Madinah, keadaan masyarakat kota Madinah Belum makmur. Banyak orang miskin di sana. Banyak peminta-minta. Laki-laki yang datang menemui Rasulullah itu juga peminta-minta.
“Berilah sedekah sekedarnya , Tuan,” pinta laki-laki itu. Rasulullah memberikan sedekah berupa makanan untuk peminta-minta itu.
“Hanya ini yang bisa kuberikan,” kata Rasulullah. “Syukurilah rezeki dari Allah.”
“Terima kasih, Tuan.”
Peminta-minta itu pergi. Keesokan harinya, ia datang lagi meminta sedekah kepada Rasulullah. Kali ini Rasulullah memberikan beberapa dirham uang. Dirham adalah satuan uang yang berlaku pada masa itu.
Keesokan harinya, peminta-minta itu datang pula meminta sedekah pada Rasulullah. Kali ini Rasulullah tidak memberikan makanan, tidak pula uang.
“Berikanlah sedekah sekedarnya kepadaku, Tuan,” pinta laki-laki itu.
Rasulullah mengambil sebilah kampak. Diberikannya kampak itu kepada peminta-minta.
“Inilah sedekahku hari ini kepadamu,” kata Rasulullah.
Peminta-minta itu keheranan.
“Untuk apa kampak itu, Tuan? Aku meminta uang atau makanan sebagai sedekah.”