Takalar, 31 Juli 2025Â -- A.Astrid Nadyan. S, yang kerap disapa Zi, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Hasanuddin Gelombang 114 yang bertugas di Desa Tonasa, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, melaksanakan program kerja bertajuk Kemas Karya. Program ini berfokus pada edukasi pentingnya desain kemasan produk pertanian sebagai bagian dari strategi branding dan pemasaran.
Kegiatan sosialisasi dan demonstrasi yang digelar pada Rabu (31/7) dihadiri oleh Sekretaris Desa, Babinsa, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), staf desa, mahasiswa magang Unhas, Imam Desa, Imam Dusun, serta warga Desa Tonasa.
Program Kemas Karya dilatarbelakangi oleh belum adanya produsen pupuk dan pestisida lokal di Desa Tonasa, meski sektor pertanian dan perkebunan menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat. Dalam seminar awal, warga menyampaikan bahwa ketiadaan alat seperti APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik) menjadi salah satu penghambat produksi.
Sebagai solusi, Zi yang merupakan mahasiswa Teknik Arsitektur, menerapkan ilmu desain yang ia dapatkan dengan berkolaborasi mengembangkan produk simulatif berupa pupuk organik cair (POC) berbahan dasar feses sapi dan pestisida nabati dari daun pepaya. Produk ini tidak dijual, tetapi dijadikan media edukatif untuk memperkenalkan pentingnya kemasan visual yang baik dalam menarik minat konsumen.
Dalam pemaparan, Zi memperlihatkan sejumlah desain label kemasan dengan variasi warna, layout, dan tipografi. Warga diminta berperan sebagai pembeli dan memilih desain yang paling menarik. Hasil diskusi menunjukkan bahwa warga cenderung menyukai kemasan yang sederhana, dengan warna tidak mencolok dan tulisan berukuran besar.
Kegiatan dilanjutkan dengan permainan interaktif "Tebak Logo", yang mengajak warga mengidentifikasi merek-merek terkenal di Indonesia. Permainan ini dimaksudkan untuk menekankan bagaimana logo dan desain kemasan berperan sebagai media komunikasi visual yang efektif dan mudah diingat.
Salah satu warga mengungkapkan ketertarikannya terhadap label yang ditampilkan, terutama karena desainnya yang ramah bagi lansia. Antusiasme warga juga tercermin dari permintaan Imam Desa dan Babinsa untuk membawa pulang sampel produk simulatif yang ditampilkan.
"Kami harap ke depan warga bisa memproduksi sendiri, dan ilmunya bisa menjadi bekal agar tidak terus bergantung pada produk kimia," ujar Pak Samsuardi, Babinsa Desa Tonasa dalam sesi penutup.
Sebagai bentuk keberlanjutan, mahasiswa juga menyediakan file desain label dalam format yang dapat disunting melalui tautan Canva, agar warga dapat menyesuaikan informasi sesuai kebutuhan produksi.