Mohon tunggu...
zauza luthfiyyah
zauza luthfiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

> Saya Mahasiswa jurusan Akuntansi di UNPAND. Pernah aktif di OSIS saat sekolah, memiliki hobi menggambar, desain dengan Canva, serta pencak silat. Topik tulisan favorit saya meliputi pendidikan, organisasi, ekonomi, serta pengalaman sehari-hari yang bisa memberi inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Penjualan Opak Ibu Saya: Dari Titipan di Warung hingga Dijual Langsung.

5 Oktober 2025   13:58 Diperbarui: 5 Oktober 2025   16:09 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu saya sudah cukup lama menekuni usaha jualan opak di daerah Mijen, Semarang, dan Ungaran. Setiap pagi pukul 10.00, ia mulai aktivitasnya menjual opak. Opak yang bagus biasanya dititipkan di warung-warung agar lebih mudah dijangkau pembeli, sedangkan opak yang remuk dijual langsung oleh ibu saya kepada konsumen. Mayoritas konsumen ibu saya berasal dari kalangan ibu-ibu yang mencari camilan untuk keluarga.

Proses penjualan dimulai dari membeli bahan opak dari pemasok lain, kemudian digoreng dan dikemas sendiri di rumah. Alasan ibu saya memilih berjualan opak adalah karena tidak ada saingannya, returannya bisa didaur ulang, kerugiannya minim, banyak peminat, dan bahan baku yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.

Dalam menjalankan usahanya, ibu saya selalu menerapkan tips sukses agar opak laris. Ia ramah menghadapi pelanggan, selalu mencari pelanggan baru, mudah bergaul, dan tidak ragu menawarkan produk kepada konsumen baru, khususnya ibu-ibu di sekitar lokasi. Kendala yang sering dihadapi antara lain musim hujan yang menghambat proses pengeringan opak, stok bahan kadang habis, kualitas bahan yang tidak selalu sama, opak mudah gosong atau remuk saat digoreng, serta opak mudah rusak saat dikemas atau dikirim ke warung. Selain itu, warung yang menerima titipan opak terkadang menolak jika sudah laris dan memilih menggoreng opak sendiri.

Meski menghadapi berbagai kendala, pengalaman ibu saya yang sudah cukup lama berjualan membuat strategi penjualannya tetap efektif. Jam buka penjualan biasanya pukul 10.00 pagi hingga opak habis, kadang siang jika sepi, atau sore jika ramai. Dengan pengalaman dan strategi yang matang, usaha opak ibu saya tetap diminati banyak pelanggan, terutama dari kalangan ibu-ibu, hingga saat ini.

Sumber Artikel:

Wawancara langsung → ibu saya sebagai narasumber utama.

Observasi pribadi → Dari jam jualan, proses pengemasan, dan kendala yang saya lihat sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun