Kegiatan ini mungkin belum mampu mengubah semuanya secara drastis. Tapi, seperti kata Kak Risali, perubahan nggak datang dari satu gebrakan, tapi dari langkah kecil yang dilakukan terus-menerus.
"Kalau tiap minggu ada 20 orang aja yang pungut sampah dan belajar peduli, lama-lama itu jadi gerakan besar. Kita bukan pahlawan, tapi kita bisa jadi bagian dari solusi," pungkasnya.
Salah satu hal menarik dari kegiatan ini adalah cara penyampaian edukasinya yang tidak menggurui. Kak Risali dan tim komunitasnya lebih suka mengajak peserta berdiskusi langsung di lapangan. Misalnya, saat nemu sedotan plastik, mereka akan cerita soal dampaknya terhadap hewan laut, atau saat memilah sampah botol kaca, mereka tunjukkan bagaimana barang itu bisa didaur ulang jadi produk kreatif.
"Kita pengen ngajarin, tapi sambil jalan bareng. Karena belajar bareng di lapangan tuh lebih nempel daripada cuma dengerin seminar di ruangan," kata Kak Risali.
Bahkan, beberapa kegiatan beach clean-up juga dibarengi dengan workshop kecil-kecilan, seperti membuat ecobrick, daur ulang kertas, atau diskusi singkat soal zero waste lifestyle. Hal-hal kayak gini bikin peserta nggak cuma dapat pengalaman fisik, tapi juga bekal pemahaman yang bisa dibawa pulang dan diterapkan di rumah.
Hal penting lainnya dari aksi bersih-bersih ini adalah soal menumbuhkan rasa memiliki terhadap alam sekitar. Banyak orang datang ke pantai hanya untuk menikmati keindahannya, tapi lupa ikut menjaga. Lewat kegiatan ini, Kak Risali dan komunitasnya ingin mengubah pola pikir itu.
"Kita pengen orang sadar, pantai ini bukan cuma tempat foto-foto. Ini bagian dari rumah kita juga. Kalau rusak, ya kita sendiri yang rugi," ujarnya.
Dengan terlibat langsung, banyak peserta yang akhirnya merasa lebih terhubung dengan alam. Mereka jadi lebih hati-hati membuang sampah, lebih kritis terhadap produk sekali pakai, dan bahkan ada yang mulai ajak keluarganya untuk mulai hidup lebih ramah lingkungan.
Menariknya, komunitas ini juga berkembang jadi semacam ruang aman buat anak-anak muda yang ingin berkontribusi tapi nggak tahu harus mulai dari mana. Ada yang awalnya ikut cuma karena diajak teman, tapi akhirnya keterusan karena nemu lingkungan yang positif.
"Di sini kita nggak dituntut harus sempurna. Nggak harus vegan, nggak harus zero waste total. Yang penting ada niat dan mau belajar bareng. Itu udah keren banget," kata Kak Risali.
Buat banyak orang, komunitas ini jadi tempat berbagi keresahan dan harapan tentang masa depan bumi, sambil tetap bisa bersenang-senang dan produktif. Beach clean-up pun jadi lebih dari sekadar agenda rutin, tapi sebuah gerakan sosial yang tumbuh dari solidaritas.