Mohon tunggu...
Riza Fauziah zahra
Riza Fauziah zahra Mohon Tunggu... mahasiswa/UNS

menonton film

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jadilan Pionir Bahasa Digital

25 September 2025   04:29 Diperbarui: 25 September 2025   04:29 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa merupakan cerminan dari pikiran, budaya, dan identitas suatu bangsa. Ia bukan hanya alat untuk berkomunikasi, tetapi juga sarana untuk membangun pengertian, menyampaikan ide, bahkan menyatukan perbedaan. Di era digital seperti saat ini, ketika hampir seluruh aspek kehidupan beralih ke dunia maya, fungsi bahasa menjadi semakin kompleks dan strategis. Komunikasi tidak lagi hanya berlangsung secara lisan atau tertulis dalam dunia nyata, melainkan telah meluas hingga ke media sosial, platform daring, aplikasi pesan instan, forum diskusi, dan berbagai ruang digital lainnya. Dalam konteks inilah muncul satu panggilan yang penting untuk kita semua, khususnya generasi muda: jadilah pionir bahasa digital.

            Menjadi pionir bukanlah tugas yang ringan, tetapi juga bukan sesuatu yang mustahil. Pionir adalah mereka yang berani mengambil langkah pertama, memberi teladan, dan menanamkan nilai dalam setiap tindakan. Dalam hal ini, menjadi pionir bahasa digital berarti berani menggunakan bahasa yang baik, benar, santun, dan beretika di dunia maya, di tengah arus deras penggunaan bahasa yang kerap sembrono, tidak sesuai kaidah, bahkan kadang merusak nilai kebahasaan itu sendiri. Dunia digital, yang luas dan bebas, sayangnya sering disalahgunakan menjadi ruang penyebaran ujaran kebencian, hoaks, provokasi, hingga pelecehan verbal yang dibalut dalam bentuk komentar atau unggahan yang viral. Semua ini terjadi karena banyak pengguna tidak menyadari betapa besar dampak bahasa dalam ruang digital yang tanpa batas.

            Lalu siapa yang seharusnya mengambil peran sebagai pionir bahasa digital? Jawabannya adalah kita semua, khususnya mereka yang paling aktif dan paling banyak mengisi ruang digital yaitu generasi muda. Pelajar, mahasiswa, konten kreator, influencer, penulis daring, hingga pengguna media sosial biasa, memiliki pengaruh yang luar biasa dalam membentuk budaya bahasa digital saat ini. Generasi muda tidak hanya menjadi pengguna utama teknologi digital, tetapi juga agen perubahan yang dapat mengarahkan budaya digital Indonesia ke arah yang lebih sehat, cerdas, dan beradab. Saat seorang remaja memilih untuk menanggapi perbedaan pendapat dengan santun, atau saat seorang konten kreator memilih menyampaikan kritik dengan bahasa yang edukatif dan membangun, maka mereka sedang menjalankan peran sebagai pionir.

            Mengapa peran ini begitu krusial? Sebab, bahasa memiliki kekuatan untuk membentuk pola pikir dan perilaku manusia. Ketika kita terbiasa mengonsumsi dan menggunakan bahasa yang kasar, dangkal, serta dipenuhi kebencian, maka secara perlahan cara kita berpikir pun akan terpengaruh ke arah yang sama. Sebaliknya, apabila ruang digital dihiasi dengan bahasa yang mengedepankan empati, ketelitian, dan nalar yang sehat, maka cara berpikir serta sikap masyarakat digital akan berkembang ke arah yang lebih positif. Dalam jangka panjang, mutu komunikasi kita di dunia maya akan berpengaruh langsung terhadap kualitas demokrasi, sistem pendidikan, bahkan relasi sosial di kehidupan nyata. Singkatnya, cara kita menggunakan bahasa di internet hari ini akan membentuk cara masyarakat berpikir dan berinteraksi di masa depan.

            Mulai dari ruang yang paling kecil dan terdekat. Gunakan bahasa yang sopan dan benar saat berkomentar di media sosial. Perhatikan struktur kalimat dan ejaan saat menulis unggahan. Jangan mudah tergoda untuk menyebarkan informasi yang belum pasti kebenarannya hanya karena sedang viral. Bila ada perdebatan, ajak berdiskusi dengan argumen yang logis, bukan dengan hinaan. Bahkan dalam percakapan sehari-hari melalui pesan singkat, kita bisa memilih untuk tetap menghormati lawan bicara melalui bahasa yang tidak merendahkan atau menyudutkan.

            Dunia digital terus bergerak tanpa henti, dan arus informasi mengalir tanpa jeda. Jika kita terus menunda untuk bertindak, maka ruang digital akan semakin dipenuhi oleh penggunaan bahasa yang tidak sehat dan semakin menjauh dari nilai-nilai luhur budaya Indonesia. Oleh sebab itu, kesadaran untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar di dunia maya perlu menjadi bagian penting dari literasi digital kita. Seperti halnya keterampilan dalam menyaring informasi, memahami teknologi, dan menjaga keamanan digital, kecakapan berbahasa juga merupakan unsur penting dalam membentuk kemampuan literasi digital yang menyeluruh.

            Peran ini dapat dimulai dari tindakan-tindakan sederhana yang dilakukan secara konsisten. Pertama, biasakan menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah, terutama dalam situasi formal atau ruang publik. Kedua, ketahui kapan saat yang tepat untuk menggunakan bahasa gaul, bahasa asing, atau bahasa daerah agar tidak menimbulkan salah pengertian atau kekeliruan makna. Ketiga, teruslah memperluas wawasan kebahasaan dan memperkaya kosakata agar mampu menyampaikan ide dengan lebih tepat dan bernas. Keempat, manfaatkan bahasa sebagai sarana untuk menyebarkan hal-hal yang positif, seperti informasi yang mendidik, pesan-pesan motivatif, nilai-nilai nasionalisme, maupun kritik yang membangun. Terakhir, jadilah sosok yang terbuka terhadap pandangan berbeda, karena salah satu tanda kedewasaan dalam berbahasa adalah kemampuan untuk menghargai perbedaan secara bijak dan tanpa emosi berlebihan.

            Menjadi pionir bahasa digital tidak berarti menjadi sempurna atau merasa paling benar. Justru sebaliknya, itu berarti menjadi pribadi yang sadar bahwa setiap kata yang ditulis memiliki kekuatan untuk membentuk dunia. Kita tidak bisa mengontrol seluruh isi dunia maya, tetapi kita bisa mengontrol apa yang kita tulis, kita ucapkan, dan kita sebarkan. Kita bisa memilih untuk menjadi bagian dari mereka yang menjaga, bukan merusak. Dari mereka yang membangun, bukan meruntuhkan. Dari mereka yang menyatukan, bukan memecah belah.

            Oleh karena itu, mari kita mulai dari sekarang, dari diri sendiri, dan dari hal-hal kecil. Jadilah pelopor yang memberi teladan dalam berbahasa di ruang digital. Karena pada akhirnya, kemajuan teknologi bukanlah penentu utama peradaban, melainkan cara manusia menggunakannya termasuk dalam hal berbahasa. Jadilah pionir bahasa digital, karena masa depan kebahasaan kita ditentukan oleh bagaimana kita bertutur hari ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun