Pagi Minggu. Pukul 08.47 WIB.
Hari ini, aku menulis tentangNya. Padamu.
Ada kalanya, satu lirik dititipkan padaku sebagai rahasia. Agar tak lupa, rahasia itu kutitipkan padamu. Kau pasti mampu menjaga dalam diammu. Tapi, aku telah membuka rahasia itu. Padamu.
Terkadang, aku ingin melakukan sesuatu yang menurut orang-orang sebagai kebaikan. Mengabaikan pujian dan sanjungan dengan pengingkaran. Sebab itu melenakan! Kutuangkan hal itu dalam diammu. Namun, aku telah ungkapkan rasaku. Padamu.
Berkali, kuajukan amarah dengan kata-kata tersembunyi agar tak berbunyi. Agar tak terngiang rasa keji di kedalaman sanubari biar tetap suci. Kau bergeming di lautan sepi caci maki. Tapi, aku telah menaburkan benih-benih benci. Padamu.
Acapkali, aku terbiasa pada kebebasan menyigi kebenaran atau kesalahan, serta kebaikan atau keburukan. Diam-diam, akupun terjebak pada penjara kelebihan dan kekurangan. Akhirnya, tak ada pilihan paling leluasa untuk menyimpan resahku. Kecuali padamu.
Di antara banyak kata yang teruraikan. Di antara banyak rasa dan asa yang tersampaikan. Aku harus berlatih agar terlatih menjadi sepertimu.
Aku tahu, tak akan ada jawabmu. Tapi, izinkan aku untuk ajukan satu pertanyaan. Padamu.
"Adakah kausimpan rahasiamu padaNya?"
Curup, 21.02.2021
zaldychan