Pernah merasa sebaliknya? Bukannya merasa aman, malah merasa tidak nyaman. Bukannya menikmati kebebasan berekspresi, malah terkekang hingga terburu-buru menjaga sikap.Â
Dan setiap waktu, sibuk menjaga perasaan saat mencoba menciptakan hubungan yang sehat. Susah, kan? Contoh pengalaman ini, menunjukkan lebih banyak emosi negatif yang dirasakan daripada emosi positif dalam menjalani sebuah hubungan. Bisa jadi, sebenarnya hubunganmu itu termasuk dalam toxic relationship.Â
Intropeksi Diri
Kenapa malah jadi penyebab? Begini, acapkali kita diam-diam atau malah dipaksa bercermin tentang "kusut masai" diri pribadi. Sarananya, bisa aneka sumber. Entah melalui film, buku bacaan, tulisan ringan atau sekedar status di media sosial. Tanpa terasa, kita diajak berdialog dan mengukur diri.
Susahnya, Intropeksi diri itu sesukanya numpang lewat tanpa jejak, tak berbekas. Sehingga, berpengaruh negatif ketika menjalin hubungan atau interaksi dengan orang lain. Namun akan menjadi kutub positif, jika Intropeksi itu hadir otomatis dalam perubahan pemikiran, dalam sikap dan saat berprilaku. Â Â
Sumbatan Komunikasi
Sepakat, jika ada banyak hal di dunia ini. tak akan selesai dengan kata-kata. Namun, dalam menjalin hubungan, komunikasi yang lancar menjadi pemutus jarak antara ruang dan waktu, kan? Dunia hampa suara pun masih butuh komunikasi, semisal dengan isyarat. Agar tak saling lempar salah, kan?
Kelancaran komunikasi pun, bisa menjadi racun hubungan antar personal. Jika tak dibingkai dengan rasa saling menghargai dan saling menghormati tanpa memandang strata sosial.Â
Terkadang, kita acap "bias" dalam berkomunikasi. Dalam istilah Minangkabau, komunikasi musti memandang "alur dan patut". Agar, tak ada sekat yang tersumbat dan tersendat perasaan dalam berinteraksi.
Miliki Motif Positif
Ada ujar-ujar tetua di kampungku; "Jangan memulai dari salah!" Bisa juga diumpamakan dengan membuat tiruan sebuah garis lurus.Â
Jika diawal garis sudah bergeser sekian milimeter, maka diujung garis yang lain, jarak miringnya akan melebar sekian meter bahkan meleset dari sasaran. Pesan dari ujaran itu adalah kejujuran. Apapun yang bakal dihadapi nantinya.
Begitu juga dengan memulai hubungan. Jika diawali dengan satu kebohongan (dianggap motif negatif), maka akan lahir kebohongan-kebohongan baru. yang mewarnai hubungan karena ingin mempertahankan "kebenaran" dari kebohongan diawal tadi.Â