Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kedai Kopi Ini, Bisa Sajikan Dua Sarjana dan Dua Calon Sarjana

26 Februari 2019   10:37 Diperbarui: 26 Februari 2019   11:35 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Kedai Kopi Makwo Ita. Pemilik Kedai (menghindar dengan alasa malu) dan salah satu pelanggan

Khusus, Berkenaan dengan nasi ketan, Pemilik kedai punya strategi ajaib. Tak menerima pesanan semisal katering, juga Setiap pagi membatasi hanya memasak 4 Cupak (8 Liter). Pemilik Kedai tak akan menambah atau mengurangi ukuran itu. juga tak akan menaikkan harga. Semisal di musim durian yang pasti banyak peminat. Saat ditanya kenapa begitu, jawabannya sederhana dan bikin jleb hati.

"Kan, kita tak pernah janjian sama pembeli? Rezeki, Tuhan yang ngatur! Dagangan habis, bersyukur. Tak habis, sudah resiko, kan?"

Nasi Ketan. Menu idola yang suka jadi rebutan, apatah lagi di musim durian - dokpri
Nasi Ketan. Menu idola yang suka jadi rebutan, apatah lagi di musim durian - dokpri
Dari Kedai Kopi, Hadirkan Dua Sarjana dan Dua Calon Sarjana.
Dengan modal dasar rasa syukur, ketekunan serta menjaga kualitas rasa dari Makanan yang disajikan. Pasangan pemilik Kedai Kopi Makwo Ita. Dengan latar belakang pendidikan sebatas SMA. Mampu menyiapkan empat anaknya. Mengecap pendidikan tinggi. Luar biasa, kan?

Andi, Anak lelaki tertua, Jadi Sarjana Teknik, dan sekarang bekerja di Padang Panjang. Della Anak kedua perempuan. Lulusan Bahasa Inggris saat ini bekerja di salah satu lembaga finansial di Jakarta. Anak ketiga, bernama Putri. Sudah semester enam di Jurusan Perbankan Syariah IAIN Curup. Si bungsu Laki Diky, Baru semester dua jurusan  Teknik Informatika Universitas Bengkulu. Dahsyat, tah?

Tak hanya suka. Pasti ada duka, kan? Itu juga dialami Pasangan ini. Curah hujan yang tinggi di Kota Curup, terkadang membuat sepi pembeli. Atau, pelanggan yang keasyikan ngopi, sesudah itu langsung pergi, tanpa membayar. Bisa karena lupa atau malah di sengaja. Jika ditanya lagi? Jawabannya simpel.

"Biarlah! Besok Allah yang ganti..."

Bagiku, Bukan Sekedar Kedai Kopi
Belasan tahun, aku pelanggan Kedai Kopi ini. Sejak masih bujang, hingga menjabat pensiunan bujangan. Haha...! Khusus untuk makanan, biasanya akan habis jam 9 atau 10 pagi. Tapi kedai Kopi Makwo Ita, akan tutup sesudah sholat isya. Walau hanya melayani pesanan segelas kopi.

Di atas Jam 10, kedai kopi tak akan sepi. Akan berubah jadi ngumpul para lelaki. Selain tukang ojek yang mengusir bosan karena menunggu penumpang, atau calon Jamaah yang menunggu Adzan di waktu-waktu Sholat. Juga berbagai latar belakang usia, atau profesi akan duduk bersama. Pun, Tak peduli dari latar status sosial, ekonomi juga pendidikan. Semua duduk di bangku kayu yang sama.

Terkadang, jadi tempat untuk diskusi membahas issue hangat apapun! Lokal nasional atau internasional, genre politik, ekonomi atau sekedar gosip. Juga tersedia permainan main domino, atau main catur. Syarat dari pemilik Kedai adalah jangan memaki dan tidak berjudi.

Hubungannya denganku? Kedai Kopi ini, tak sekedar tempat ngopi pagi. Juga untuk berinteraksi. Plus, beberapa tulisanku, di fiksiana, juga berlatar belakang Kedai kopi ini. Termasuk tulisan ini, kan? Ahaaay...

Jadi, jika anda sempat singgah di Curup. Jangan lupa menikmati pagi, di Kedai Kopi Makwo Ita. Biar kita bisa ngopi dan bercerita pagi bersama. Di tunggu, ya?

Curup, 26.02 2019
zaldychan [Ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun