"Abang sudah baca pesan?"
Suara Bara sudah sampai di telingaku. Tak kujawab. sibuk parkirkan motor. Pangkalan ojek sepi. Bara duduk di bangku panjang. Tersenyum menyambutku. Kuulurkan tangan, mengajak salaman.
"Aman?"
"Aman. Tapi, ada pesan dari Kades Roni! Abang sudah baca?"
Pertanyaan yang sama. Dari mulut dan suara  yang sama. Aku tersenyum. Bara menatapku.
"Aku dapat..."
"Kau pesan dulu kopi! Biar enak ngobrolnya."
Bara bangkit, segera melangkah ke kedai kopi. Aku memikirkan pesan malam tadi. Roni, Kades Desa Lubuk Kembang memintaku datang. Susana di desanya lagi memanas. Padahal bagiku, masalah sepele. Hanya pergantian kepala Dusun, bukan Kepala Desa! Namun efek dari bergulirnya dana bantuan desa. Serta jumlah insentif untuk jabatan kepala dusun. tetiba jabatan itu. jadi bergengsi dan diperebutkan.
Bara berjalan pelan dan hati-hati. Membawa dua gelas berkopi. Anak muda itu, bisa kusebut ajudanku. Lima tahun bersamaku. Apapun urusanku, Bara pasti terlibat. Sehingga, jika orang-orang sukar menghubungiku, akan menemui Bara.
Bara meletakkan dua gelas itu, di bangku panjang. Segera duduk di sebelahku.
"Abang diminta temui Kades Roni. Katanya, di telpon tapi gak diangkat! Jadi cuma kirim pesan"