Mohon tunggu...
Zakiyah Latifah Buja
Zakiyah Latifah Buja Mohon Tunggu... mahasiswi/UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 21104080053

Konten favorit : wisata dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Mandi Safar Air Hitam Laut sebagai Warisan Budaya

8 Maret 2024   10:59 Diperbarui: 8 Maret 2024   14:25 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuai dengan namanya, mandi safar ini dilaksanakan setiap bulan Safar, tepatnya di setiap hari Rabu terakhir bulan Safar, Mandi Safar diyakini sudah ada sejak zaman Kesultananan Abdulrahman Muazamsyah (1883-1911) tetapi dilakukan diberbagai tempat seperti, sungai, kolam pemandian, pantai, air terjun, hingga rumah masing-masing, budaya ini berasala dari Melayu, pelaksanaan mandi safar di setiap daerah berbeda-beda, di desa Air Hitam Laut sendiri dulunya mandi safar dilaksanakan hanya di setiap rumah-rumah saja . Namun pada tahun 1965 mandi safar dilaksanakan beramai-ramai di pantai Babussalam, Air Hitam Laut. 

Nama Air Hitam Laut berasal dari warna air laut di desa pantai timur Jambi ini berwarna hitam tetapi bukan disebabkan karena limbah melainkan kondisi wilayahnya yaitu rawa gambut. Dalam perkembangannya saat ini mandi safar menjadi adat istiadat yang dilaksanakan setiap setahun sekali dan menarik ribuan wisatawan dari luar daerah bahkan ada juga yang dari luar provinsi. 

Tujuan mandi safar ini adalah untuk menolak bala dan mempererat tali silaturahmi masyarakat dan harapannya bisa menjadi salah satu adat istiadat supaya bisa menarik perhatian dunia. Pada tahun 2022 mandi safar di tetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jambi  melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai warisan budaya tak benda yang berasal dari provinsi Jambi selain Mandi Safar juga ada kesenian Kulintang Perunggu yang juga telah ditetapkan masuk ke daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Beberapa rangkaian kegiatan menjelang festival mandi safar :

1. Khatam Al-qur'an dan doa-doa

Sebelum festival mandi safar dimulai, di pondok pesantren Wali Peetu Air Hitam Laut diadakan kegiatan mengkhatamkan al-qur'an dan doa-doa bersama terlebih dahulu.

2. Kegiatan penulisan Lafadz Allah diatas selembar daun

Sebelum pelaksanaan mandi safar dimulai, para santri akan berkumpul untuk menulis lafadz Allah diatas selembar daun, daun yang digunakan harus berjumlah 1111 atau bisa lebih tetapi harus angka ganjil, karena angka ganjil adalah angka yang baik kemudia daun daun ini akan diselipkan pada ikat kepala warna putih khusus untuk pengunjung laki-laki dan untuk pengunjung perempuan diikatkan di lengan sebelah kanan, kain yang berwarna putih mempunyai arti tersendiri yaitu menggambarkan pikiran yang bersih dan suci serta terhindar dari prasangka-prasangka buruk. Arti ini mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan mandi safar yaitu untuk mensucikan dan membersihkan diri.

3. Membuat menara

Menara yang dibuat mempunyai tinggi hampir 5 meter berbentuk empat persegi, empat persegi tersebut melambangkan empat unsur penciptaan manusia  yang disebut dengan "selapapa" istilah ini berasal dari suku Bugis yang sebagian besar mendiami kawasan Desa Air hitam Laut, empat unsur tersebut yakni penciptaan air, tanah, udara, dan api. Selain bentuk empat persegi, menara ini juga memiliki tiga tingkat yang setiap tingkat mewakili iman, ihsan, dan islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun