Mohon tunggu...
MUHAMAD ZARKASIH
MUHAMAD ZARKASIH Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Pemerhati Masalah Sosial, Budaya dan Politik

Pemerhati Masalah Sosial, Budaya dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tan Malaka, Komunisme, Pan-Islamisme, dan Pancasila

2 Maret 2021   10:56 Diperbarui: 2 Maret 2021   10:58 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada satu masa dimana gerakan Komunisme dan komunitas Muslim pernah bersahabat erat, yaitu sepanjang Revolusi Rusia pada 1917, saat pemimpin besar gerakan komunis di Rusia kala itu, Vladimir Lenin, merayu Muslim ikut dalam upaya menggulingkan Tsar dan membentuk republik baru bernama Uni Soviet. Sepertinya hal itu yang mengilhami pemikiran Tan Malaka ketika mulai membentuk cikal bakal Partai Komunis Indonesia di awal tahun 1920-an.

Tan Malaka lahir dan tumbuh besar di lingkungan Islam yang taat di Sumatera Barat. Sejak kecil ia dituntut untuk hafal Al-Qur'an. Pada buku karyanya yang berjudul "Madilog" (1948) ia mengakui itu secara gamblang. Teman-teman dekatnya bahkan memberi kesaksian bahwa Tan Malaka sangat mengagumi Nabi Muhammad. Secara dramatis digambarkan bagaimana Tan Malaka tak jarang menceritakan kisah Nabi sambil menangis.

Lalu bagaimana kemudian Tan Malaka bisa meyakini ajaran komunis yang notabene memiliki banyak pertentangan dengan ajaran Islam? Pergumulan Tan Malaka dengan bacaan-bacaan baru, terutama saat ia berada di Harleem, Belanda, menumbuhkan ide-ide baru di kepalanya. Terlebih saat ia mencermati Revolusi Rusia 1917, yang kemudian sangat merubah pandangan hidupnya. Maka ketika ia mulai mengembangkan ajaran komunis di Indonesia, ia pun menggandeng kekuatan Islam. Satu hal saja dari konsep Pan-Islamisme yang ia suka: menentang imperialisme dan kolonialisme.

Ada yang beranggapan bahwa Tan Malaka hanya sekedar membonceng Pan- Islamisme untuk bisa lebih mengembangkan ajaran komunis, sebab dalam banyak kesempatan Tan Malaka juga pernah menyatakan bahwa Pan-Islamisme itu tidak sesuai sejalan dengan komunisme. Keislaman Tan Malaka pun mulai diragukan, saat ia berpidato di hadapan perwakilan komunis dunia, di tahun 1922, ia berkata, "ketika saya berdiri di hadapan Tuhan, saya adalah seorang muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang, saya bukan seorang muslim, karena Tuhan menyatakan bahwa banyak iblis di sekitar manusia."

Komunisme sudah pasti tidak sejalan dengan landasan negara kita, karena ide komunisme banyak bertentangan dengan Pancasila. Tapi bagaimana dengan konsep Pan-Islamisme? Sebenarnya apakah Pan-Islamisme itu? Secara umum, Pan-Islamisme adalah sebuah konsep penerapan hukum-hukum Islam di semua bidang, dari mulai sosial, ekonomi, politik, hingga negara. 

Konsep itu diterapkan di semua negara yang penduduknya mayoritas muslim. Pada dekade terakhir banyak kalangan menyebutnya sebagai khilafah. Konsep itulah yang saat ini banyak ditentang, terutama menyangkut soal pengelolaan pemerintahan atau negara. Pada posisi inilah kemudian konsep Pan-Islamisme berhadapan dengan Pancasila.

Komunisme dan Pan-Islamisme (dengan bentuk yang berbeda) telah mencoretkan sejarah kelam dalam perjalanan politik di Indonesia. Pemberontakan PKI di tahun 1955 dan peristiwa G 30-S/PKI di tahun 1966 adalah bukti kejahatan komunis terhadap negara. Efeknya kemudian komunis menjadi ajaran yang terlarang di Indonesia. Sementara ajaran Pan-Islamisme juga punya catatan buruk. Konsep negara Islam pernah dicoba untuk diterapkan disini melalui bendara Negara Islam Indonesia, dimana muncul pemberontakan militer dengan atribut DI/TII yang dikomandani oleh Kartosoewirjo.

Ajaran komunis praktis telah mati di Indonesia, salah satunya karena kampanye kebencian terhadap PKI yang amat masif dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Komunis, dalam hal ini PKI, bukan saja menjadi musuh negara, tetapi bahkan telah menjadi musuh bangsa. Meskipun pada beberapa tahun terakhir ada Isyu soal kebangkitan PKI, namun rasanya komunis tidak akan mampu lagi menemukaan kejayaannya, memandang juga bahwa ajaran komunis di seluruh dunia sudah sedemikian terpuruk.

Jika komunis telah habis di Indonesia, bagaimana dengan konsep Pan-Islamisme atau khilafah? Sampai saat ini negara kita masih terus terancam oleh meluasnya ajaran khilafah, terutama di point' pembentukan negara berdasar hukum Islam. Konsep khilafah secara kuat tetap diyakini oleh beberapa anasir Islam radikal dan diterapkan secara ide atau pun tindakan. Berdirinya ISIS di kawasan Suriah menjadi pemicu dari tetap kuatnya ide-ide radikal tersebut.

Maka jelaslah bahwa pada akhirnya komunisme dan Pan-Islamisme (khilafah) di satu sisi, berhadapan dengan Pancasila di sisi lain. Meski komunisme dan Pan-Islamisme tidak sejalan secara ideologi, namun keduanya secara bersama-sama juga menentang Pancasila. Dengan demikian keduanya sama berbahayanya bagi eksistensi Pancasila.

Ada yang masih berpikir bahwa ajaran komunisme masih bisa hidup di Indonesia, ada banyak juga yang terus berusaha menerapkan konsep khilafah dalam hal pengelolaan negara dan pemerintahan. Itu menjadi masalah besar yang tidak bisa dianggap remeh. Selama Pancasila masih sepakat untuk ditegakan, maka selama itu pula keduanya tetap menjadi musuh yang harus selalu diwaspadai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun