Mohon tunggu...
Zainal Abidin
Zainal Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Maju Kotanya Bahagia Warganya

13 April 2017   18:22 Diperbarui: 14 April 2017   03:00 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar:GLOBALINDO.co

Jakarta adalah Ibu Kota sehingga harus menjadi cerminan dari kota-kota lain, tetapi masyarakat Jakarta banyak yang secara ekonomi masih tergolong tidak mampu, kota yang selalu di iming-imingi janji-jani yang berujung pada pengingkaran, sehingga Jakarta bukan tempat yang layak untuk dibuat cerminan, birokrasi pemerintahannya semakin hari semakin menambah masalah.

Mari kita sejenak merenung, Jakarta harusnya mampu menjadikan masyakatnya yang lebih sejahtera bukan semakin menambah pengangguran dan kemiskinan. Lantas, kenapa belum bisa mensejahterakan masyarakatnya? Apa mungkin karena keserakahan beberapa kelompok pengusaha asing yang hampir tiap menit meraup untung dari kekayaan, sehingga masyarakat tidak bisa menikmati kekayaan yang ada, atau karena pemerintah tidak memiliki kepedulian kepada rakyat sehingga hidup mereka semakin tidak menentu? Atau bahkan karena memang karena warga Jakarta tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya berharap pada orang lain dan pemimpin yang katanya menawarkan kehidupan yang lebih layak?

Sekali-sekali kita coba merefleksikan diri, membayangkan bagaimana warga Jakarta dalam menjalani kehidupannya. Kota yang sangat padat dan macet, tetapi ada ribuan perusahaan dengan bangunan yang sangat menjulang namun belum mampu mensejahterakan warganya, dan bahkan mereka tidak bisa menikmati kekayaan yang mereka miliki.

Ini realita yang terjadi di Jakarta, ada sosok pemimpin yang mememang begitu kuat niatnya mengabdi dengan banyaknya gagasan dan potensi yang dimiliki, sehingga dia dengan rela mengabdi untuk memajukan Jakarta, tetapi niat baik itu tidak terlalu mendapat respon jelek dari banyak orang, bahkan hanya menjadi bahan olokana banyak orang.

Koruptor begitu dijaga, tukang  fitnah juga dipelihara, padahal dibalik semua itu mereka menjaga dirinya dengan pencitraan di mana-mana. Ternyata, pemimpin kita sangat elok ketika memainkan seorang dengan kepribadian yang baik seakan dia dijadikan dewa, sehingga dia di bela.

Masyarakat begitu gampang ditipu hanya dengan pencitraan calon-calon pemimpin, padahal mereka bukan menjadikan masyarakat lebih makmur dan sejahtera, tapi semakin menjadikan sengsara.

Mari kita membuka mata, betapa rapuhnya warga Jakarta. Rakyatnya di buat semakin miskin karena tidak berdaya dan dihalangi untuk berkembang, potensinya dimatikan, semua yang dimiliki dilahap habis, dan mentalnya dibangun agar seperti kerupuk yang sangat rapuh.

Sehingga masyarakat memang di buat tidak bisa melawan dengan kezaliman, hanyut begitu saja dengan keadaan, dan mereka terkadang harus pasrah terhadap kezaliman pemimpin yang tidak berpihak terhadap kemajuan masyarakat.

Pemerintahnya apalagi, tunduk pada kaum asing bagaikan aturan yang tidak boleh dilanggar, kalau dilanggar akan merusak. Maka hasilnya adalah perusahaan asing begitu merajalela dan selalu menjadi dewa yang katanya mampu menyelamatkan kondisi ekonomi Indonesia. Tapi kenyataannya kondisi ekonomi kita tambah lama semakin tambah parah, sehingga kemiskinan dan pengangguran semakin merajalela. Lagi-lagi Jakarta juga ikut bagian daerah yang tertipu. Rakyat biasa ditipu, pemerintah dan jajarannya juga ditipu, rakyat biasa dan pemerintah ketemu jadinya semakin ribut dan semakin tidak jelas arahnya.

Terus apa yang kita mau? Masih mau secara terus-menerus menjadikan pemerintah yang tidak mengedepankan keinginanan rakyat harus terpilih lagi, dan menjadikan kelompok asing sebagai orang selalu mengambil kekayaan kita.

Sekali lagi, mari buka mata dan hati kita. Tidak usah kita menganggap dan berbangga setinggi langit dengan kepemimpinan Ahok yang katanya lebih maju, padahal kalian sedikitpun tidak pernah merasakan nikmatnya menjadi warga Jakarta yang kaya.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun