Ada mitos bahwa ketika ada kupu-kupu masuk di rumahmu, maka tunggulah! Sebentar lagi akan ada tamu yang datang. Mitos itu saya nikmati sejak masih kanak-kanak, yang selalu didengungkan oleh ibu saya.
Entah benar, atau hanya mitos semata, rumah saya selalu terbuka untuk menerima tamu.
Kupu-kupu itu hinggap di jendela. Kecil tapi kelihatan cantik. Entah dari mana ia datangnya?
Yang pasti saya senang melihatnya.
Ada cerita yang menarik. Soal kupu-kupu ini. Sederhana ceritanya, tapi sangat bermakna.
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan ditaman. Ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang yang berada di taman itu.
Ia melihat sebuah kepompong diatas pohon. Sang semut mengejek bentuk kepompong yang jelek dan tidak bisa pergi kemana mana.
"Hei, kepompong! Alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu . Ayo jalan-jalan! Lihat dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu patah?"
Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat yang ia suka. Bahkan, sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya . Sang semut merasa dirinya adalah binatang yang paling hebat. Si Kepompong hanya
diam saja mendengar ejekan tersebut.
Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu . Karena hujan, genangn lumpur terdapat di mana-mana. Lumpur yang licin membuat semut tergelincir dan jatuh ke dalamLumpur . Sang semut hampir tenggelam dalam genangan lumpur itu. Semut berteriak sekencang mungkin untuk meminta bantuan .
"Tolong, bantu aku! Aku mau tenggelam! Tolong.... Tolong...!"