Mohon tunggu...
Zainal Partao
Zainal Partao Mohon Tunggu... profesional -

Kini sedang terbakar oleh semangatnya sebagai Konsultan Online buat small business owner yang ingin bisnisnya tumbuh lebih cepat atau membangun kembali bisnisnya yang pernah gagal. Pikiran-pikiran Zainal Partao yang Alumni MM UGM Yogyakarta. ini dapat Anda temukan di webblognya www.garansi-laku.com dan www.terapiniche.com dan www.ulungmenjual.blogspot.co.id.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Di Hari Pahlawan Ini Mari Membuat Pengakuan Dosa

10 November 2011   00:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Masih bisakah kita menjadi pahlawan?

***

Pahlawan adalah pejuang yang memerdekakan sebuah bangsa.Karena jasanya itu seluruh bangsa selalu menghormati dan mengenang jasa-jasanya dalam bentuk pemanjatan doa dan mengheningkan cipta.

Hari ini tanggal 10 November 2011 kita mengenang perjuangan heroik pemuda-pemudi bangsa Indonesia saat melawan penjajah yang masih merasa memiliki dan menguasai bangsa ini. Para bekas penjajah ini lupa bahwa beberapa bulan sebelumnya bangsa ini telah memproklamirkan kemerdekaannya.

Perjuangan yang mencapai puncaknya di Surabaya pada tanggal 10 November 1945 itu akhirnya diresmikan sebagai hari pahlawan oleh bangsa kita yang terus kita rayakan setiap tahun. Termasuk hari ini.

***

Yang selalu menggelitik hati saya adalah setelah tidak ada lagi bangsa yang bertindak sebagai penjajah di bumi kita ini, apakah tidak ada lagi yang akan lahir sebagai pahlawan bangsa?Apakah kita tidak boleh menjadi pahlawan?

***

Saya tegas menolak jika dikatakan bahwa perjuangan kita telah berakhir.

Kemiskinan, kebodohan, pelanggaran hak azasi manusia, korupsi adalah antara lain musuh yang masih membelenggu dan memenjarakan rakyat bangsa ini.Mereka harus kita perangi.Itulah perjuangan kita saat ini.

Sudahkah kita berperang melawan mereka? Belum.Saya yakin kita belum berperang secara heroik melawan penjajah modern, seperti yang dilakukan oleh para pahlawan kita terdahulu.

***

Pada masa penjajahan melawan bangsa kolonial senjata bangsa kita adalah bambu runcing.Pada saat ini senjata kita sesungguhnya adalah pena kita, komputer kita, kamera kita, dan semuanya. Semua alat yang menjadi alat kita bekerja adalah senjata untuk melawankemiskinan, kebodohan, pelanggaran hak azasi manusia, korupsi, dsb.Sudahkah secara optimal kita gunakan untuk menumpas penjajah modern itu? Saya yakin belum.

Sebagai contoh ambil sebuah kasus yaitu dunia perbankan.Jika kita bekerja di bank, apa yang sudah kita perbuat untuk melawan penjajah modern itu.

Ada 52,7 juta jumlah UKM di Indonesia yang untuk berkembang mengalami kesulitan, salah satunya disebabkan oleh faktor permodalan.Bank yang berlimpah uang dan tugas utamanya memberikan kredit ke perusahaan atau orang per orang, tidak melirik dengan sepenuh hati keberadaan UKM dengan alasan UKM tidak bankable (tidak layak menerima pinjaman uang).

Ironi sungguh.UKM yang menjadi penyalamat bangsa ini dari amuk masa yang lebih besar lagi akibat penggangguran dan kelaparan, lewat pemberian kerja pada orang-orang kecil berpendidikan biasa-biasa, tidak mendapatkan bantuan penuh dari bank yang diberi keistimewaan oleh negara untuk memegang dan mengelola hampir semua uang di negara ini.

Lalu yang menjadi pertanyaan, kemana orang-orang bank itu di sela tugas rutinnya atau di luar jam rutinnya?Lalu kemana kewajiban CSR mereka?

Untuk yang satu ini, saya berani berkata orang-orang bank belum bisa menjadi pahlawan masa kini yang bersungguh-sungguh melawan penjajahan modern yaitu kemiskinan, kelaparan dan sebagainya.

***

Marilah membuat pengakuan dosa.

Pengakuan dosa bukan hanya milik umat agama tertentu.Kita semua bangsa Indonesia punya kewajiban yang sama dalam memerangi kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan dan berbagai bencana di masyarakat yang menyebabkan kesengsaraan di negara ini.

Mari mengakui dosa kita.Apa dosa kita?

Pertama, melihat kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan dan berbagai bencana di masyarakat yang menyebabkan kesengsaraan di negara ini, kita cenderung menyalahkan orang lain.Bukannya berbuat sesuatu yang nyata, yang meskipun kecil, namun berarti dalam mengentaskan kemiskinan, kita cenderung menyalahkan orang lain.Seolah-olah kita sudah berbuat yang benar dan yang terbaik.

Coba kita melakukan introspeksi diri dengan berkaca pada contoh kecil dunia perbankan tadi.Coba renungkan, di mana kita bekerja, apa yang sudah kita lakukan dari pekerjaan kita untuk memerangi penjajah modern tadi?

Kedua, ada banyak bencana di negeri tercinta ini. Kemiskinan pun bencana, bencana laten. Kita justru cenderung memilih sikap untuk hanya menjadi penonton.Seyogianya bersama kita menyingsingkan lengan baju untuk menolong mereka yang terkena bencana dengan apa yang ada pada kita.

Lagi-lagi, mari kita merenung.Apakah yang dimaksud dengan bencana hanya bencana alam?

Ketiadaan moral dan nilai-nilai rohani adalah bencana buat bangsa ini.Apa yang sudah kita lakukan untuk menanggulanginya?

Ketiga, kita pun cenderung membisu di tengah konflik yang ada, di tengah masalah yang ada.

Apa pun agama, suku dan golongan kita, sesungguhnya kita punya kewajiban untuk bekerja dengan talenta dan karunia yang diberikan Tuhan pada kita untuk mengatasi seluruh konflik yang ada.

Lagi-lagi, mari kita berpikir ulang. Apakah yang dimaksud dengan konflik itu hanya konflik dalam rumah tangga, konflik dalam berpolitik?Selama ada perseteruan yang negatif, di situ ada konflik yang perlu kita perangi.Konflik sosial, konflik agama, dan banyak konflik lain yang hanya menghasilkan ketidak-damaian di salah satu pihak, itu semua, adalah konflik yang harus kita perangi.

Bila kita dengan gigih memerangi itu semua, maka layaklah jika kita, Anda dan saya, disebut pahlawan yang sesungguhnya.

***

Sebagai penutup, kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk hidup cuma-cuma.

Kita punya tugas mulia yang telah diberikan dan ditetapkan Tuhan, yang akan ditagih kelak di kehidupan nanti, yaitu memuji dan memuliakan-Nya, lewat berbuat baik dan beramal ibadah.

Bila ini kita lakukan, kita bukan hanya telah melakukan tugas yang diberikan Tuhan, tapi lebih dari itu.Maka yang akan terangkai adalah cerita indah tentang kita, tentang nilai-nilai kepahlawanan kita meski bukan dengan bambu runcing tapi dengan pena dan berbagai alat dan atribut yang kita miliki yang justru lebih bernilai dari bambu runcing itu sendiri.

Dirgahayu Pahlawan Indonesia!!!

Depok, 10 November 2011

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun