Mohon tunggu...
Zahwa Nur Azizah
Zahwa Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiwa Teknik Kimia di Politeknik Negeri Bandung

Mahasiswa Teknik Kimia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teknik Kimia: Jurusan yang Tak Disangka, Namun Tak Disesali

10 Juli 2025   21:12 Diperbarui: 10 Juli 2025   21:17 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apakah kalian pernah mendengar jurusan "Teknik Kimia"? Walaupun secara spesifik menyebutkan kata "kimia", kebanyakan dari mata kuliah yang dipelajari ternyata lebih banyak berkaitan dengan fisika, loh, teman-teman. Ketika saya melihat pengumuman penerimaan SNBT dan akhirnya dinyatakan diterima di jurusan Teknik Kimia, tentu saja saya merasa kaget dan tidak menyangka bisa "terseret" ke dalam jurusan ini. Karena dalam benak saya, selain mata pelajaran kimia yang menakutkan, jurusan teknik ini juga terkenal sebagai jurusan "katanya" dapat membuat orang yang tadinya suka kimia menjadi tidak suka dengan kimia.

Sebetulnya, saya tidak terlalu berbakat dalam pelajaran kimia semasa SMA. Jujur saja, sebelumnya saya memilih Arsitektur sebagai pilihan utama karena saya memiliki minat dan bakat dalam hal kesenian, fisika, dan matematika, kombinasi yang bagus apabila saya memilih Arsitektur.

Namun, setelah saya memasuki jurusan Teknik Kimia, saya justru menyadari bahwa jurusan ini lebih banyak mempelajari fisika dibandingkan kimia. Fisika merupakan mata pelajaran yang paling saya sukai semasa SMA. Dan lama-kelamaan, saya mulai merasa bahwa masuk Teknik Kimia bukan merupakan takdir yang buruk, justru hal ini menjadi sesuatu yang baik karena jurusan ini memiliki jenjang karier yang sangat menjanjikan, apalagi sekarang banyak industri yang membutuhkan lulusan Teknik Kimia.

Di Teknik Kimia ini, saya yang biasanya malas untuk berpikir, dituntut untuk menjadi mahasiswa yang kritis. Di sini, kita mempelajari bagaimana suatu produk diproduksi, bagaimana mekanisme kerja industri, bagaimana merancang suatu industri, mengapa suatu senyawa jika dicampur dengan senyawa lain dapat menyebabkan ledakan, dan masih banyak lagi.

Menjadi mahasiswa Teknik Kimia juga membantu membuka pola pikir saya, yang sebelumnya menganggap "kimia" sebagai pencemar berbahaya, menjadi suatu ilmu yang justru berkontribusi terhadap upaya menjaga kesehatan lingkungan.

Walaupun sesuai dengan passion saya, perjalanannya tidak selalu mulus. Banyak tantangan yang perlu saya hadapi, seperti rasa takut terkena asam kuat, begadang untuk menyelesaikan tugas yang jawabannya kini sering kali tidak tersedia di internet dan juga menghadapi kegagalan saat praktikum. Tantangan-tantangan itulah yang kini sudah menjadi bagian dari hidup saya, dan justru tantangan-tantangan itu pula yang mampu membentuk diri saya.

Program studi yang saya jalani saat ini adalah D3-Teknik Kimia di Politeknik Negeri Bandung. Kuliah di politeknik tentunya membuat pembelajaran teknis di laboratorium lebih sering dijumpai dibandingkan dengan program sarjana.

Kini, laboratorium pun telah menjadi bagian dari hidup saya. Laboratorium ini bukan hanya sekadar ruangan penuh alat dan bau bahan kimia. Bagiku, laboratorium adalah ruang hidup, tempat di mana teori bertemu dengan kenyataan, tempat saya belajar tidak hanya tentang reaksi kimia, tetapi juga tentang ketekunan dan keberanian.

Jas laboratorium putih yang kebesaran, instruksi praktikum yang banyak dan membingungkan, serta suara dosen yang penuh istilah asing membuat saya merasa kecil, apalagi ketika melihat teman-teman yang sudah mahir menggunakan alat-alat laboratorium, sedangkan saya belum.

Namun, seiring waktu, tempat ini berubah menjadi arena eksplorasi. Di sinilah saya mengenal alat-alat industri dalam versi mini, perancangan reaktor versi mini, memahami cara kerja kolom distilasi, merasakan deg-degan saat harus merangkai alat sintesis, dan memahami bagaimana kerja kelompok yang baik harus dilakukan.

Laboratorium mengajarkan saya banyak hal yang tidak tertulis di modul: pentingnya presisi, kerja tim, hingga cara menghadapi kegagalan dengan kepala tegak. Pernah suatu kali, kelompok saya memecahkan alat yang terlampau mahal. Tapi justru dari kesalahan itulah saya belajar untuk lebih teliti dan bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun