Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PTMT dan Tes Swab di Sekolah Kami

26 November 2021   10:10 Diperbarui: 26 November 2021   10:49 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah kami, SLB Negeri 1 Gunungkidul sudah dilaksanakan sejak Senin, 20 September 2021. Tentu saja sekolah kami memperhatikan SOP pembelajaran tatap muka di sekolah.

Petugas protokol kesehatan dijadwalkan oleh pihak sekolah. Petugas pengarah cuci tangan, cek suhu tubuh, pencatat suhu tubuh, pengarah siswa menuju kelas serta petugas penjemputan siswa ketika kegiatan belajar telah usai.

Kelas ditata sedemikian rupa sehingga anak berjarak aman dengan teman lainnya. Selain itu juga dijadwal dua shift pembelajaran untuk kelas yang berbeda setiap harinya.

Petugas juga merekap siswa yang masuk dan tidak masuk per kelasnya dan per shif-nya. Setiap hari. Untuk melihat prosentase kehadiran siswa.

Nilai Positif PTMT

Pertama, siswa dan orang tua merasa senang dengan adanya PTMT ini. Karena pasti kegiatan belajar di rumah sudah membuat jenuh anak. Anak cenderung lebih manut kepada gurunya daripada orangtuanya.

Kedua, materi lebih mudah diberikan dan dipahami oleh siswa ketika pembelajaran tatap muka. Komunikasi secara langsung memang belum bisa digantikan dengan alat-alat komunikasi modern.

Ketiga, guru lebih mudah mengarahkan siswa. Selain itu tetap mengetahui perkembangan siswa-siswanya.

Keempat, pendidikan lebih menggairahkan baik untuk siswa maupun gurunya. Setelah mati suri dengan pembelajaran jarak jauh yang kurang efektif terutama untuk siswa berkebutuhan khusus seperti di sekolah kami.

Nilai Negatif atau Kekurangan PTMT

Pertama, kesulitan dalam menjaga jarak. Anak berkebutuhan khusus lebih sering kontak langsung dengan guru. Misalkan anak tunanetra. Pembelajaran mengharuskan untk berada dekat antara guru dan siswa. 

Anak autis-pun demikian. Harus dipegang oleh guru secara langsung. Jadi ini menjadi kendala pertama bagi kami. 

Begitu juga untuk anak tunagrahita yang mungkin ndempel-ndempel kepada gurunya. Memang tak semuanya. Tetapi diakui atau tidak menjaga jarak menjadi sulit kami lakukan.

Kedua, sulitnya orang tua memahami informasi dari sekolah. Misalkan saja sekolah sudah memberikan informasi kepada orang tua agar anak tidak masuk ketika pilek, batuk atau gejala flu lainnya. Tetapi kebanyakan tak mengindahkan. Baru setelah diberitahu lagi mereka akan memahami dan tak mengabaikannya lagi.

Ketiga, ruangan yang terkadang tak disterilisasi. Ini terjadi terutama di shift ke dua. Jelas ini mempengaruhi kami dalam pembelajaran.

Swab di Sekolah

Pada tanggal 22 dan 23 November 2021 di sekolah kami ada kegiatan swab PCR dengan penyelenggara dari Dinas Kesehatan Kabupaten. Terdata siswa yang harus mengikuti tes swab sebanyak 80 siswa dan guru karyawan sejumlah 52.

Dari 129 yang telah mengikuti tes swab diketahui ada tujuh siswa dan satu guru positif. Informasi itu kami ketahui pada hari Rabu, 24 November 2021. Keluarga dari siswa dan guru yang positif didatangi langsung oleh pihak puskesmas dab dukuh setempat.

Masing-masing siswa dan guru yang diketahui positif menjalani karantina mandiri selama empat belas hari. Dan keluarga akan ditracking melalui tes swab.

Sementara PTMT ditiadakan sampai dengan tanggal 6 Desember 2021. Dan pembelajaran kembali dilaksanakan secara jarak jauh. Sambil menunggu hasil tes swab pada Senin, 29 November 2021 kepada siswa yang belum mengikuti tes swab.

Tentu saja harapan kami hasilnya baik-baik saja. Dan bagi tujuh siswa dan satu guru yang dinyatakan positif segera pulih dan dinyatakan negatif.

Dan bagi guru dan karyawan tetap bekerja sebagaimana mestinya. Terjadwal work from home dan work from office. Tentu saja dengan memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun