“Emang kamu mau puasa apa, Ra?”, tanya mas Iyas kepada Rara yang masih nggedumel karena diledek.
“Puasa sampai Maghrib lah mas..”, jawab Rara pasti.
“Hahhh? Mas saja seusia kamu masih puasa manuk podhang lho, Ra.. Sampai jam sembilan sudah laper.. Masa kamu kuat sampai Maghrib?”, kata Mas Iyas sambil mengernyitkan dahi.
Ibu yang selesai menyiapkan mukena, sarung dan sajadah segera mendekati Rara dan mas Iyas.
“Ada apa nih? Kok kayaknya seru banget ngobrolnya..”, tanya ibu sambil merangkul Rara dan mas Iyas.
“Ini, bu. Katanya Rara mau puasa sampai Maghrib.. Kan masih kecil.. Apa bener kuat berpuasa sehari penuh?”, kata Mas Iyas kepada ibu.
“Ya kuat lah..”, sahut Rara.
“Mmmm.. Mas Iyas, Rara biar latihan puasa. Tidak boleh diledek ya, nak..”, kata ibu.
“Iya, bu..”.
“Meski Rara masih kecil ya harus latihan berpuasa. Kalau tidak dilatih pasti besarnya nanti malas berpuasa..”, lanjut ibu.
“Besok Rara puasanya sekuatnya saja ya, nak.. Tidak harus sehari penuh..”, kata ibu kepada Rara.