Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tandur

22 November 2020   11:12 Diperbarui: 22 November 2020   11:15 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
chendypuspitasarisite.wordpress.com

Emak dan bapak tersenyum mendengar kalimat itu. Ya, Rama memang masih kelas dua SD. Tapi diajari menanam dele.

"Leren sik nek pegel, le..", sahut emak dari kejauhan.

***

Rama, bapak dan emaknya menikmati teh panas manis di gubug ladangnya. Ditemani kukusan talas dan kacang godhog.

"Seger to, le.. Wedangan neng ngalas ngene iki..", kata bapak sambil nyeruput teh panasnya.

"Iya pak. Seger. Apalagi dinikmati pas capek gini, pak. Hehe..", timpal Rama.

"Bisa saja kamu, le..", kata bapak lagi.

"Le, tandur iku ana kesele. Ana rekasane.. Kowe isa nyinau, apa wae sing dipangan kuwi ora ujug-ujug cemepak. Kudu usaha dhisik..", ujar bapak.

"Nasi, sayur dan lain-lain ya harus ditanam dulu sebelum dinikmati..", kata emak.

"Makanya, makanan apapun itu jangan dibuang-buang ya, le..", ujar bapaknya lagi.

Rama memahami apa yang diucapkan bapak dan emak. Kadang Rama tidak menghabiskan makan. Membuang makanan. Memilih-milih makanan yang disukai. Ternyata begitu sulitnya untuk mendapatkan beras, kacang-kacangan dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun