Mohon tunggu...
Zahra Siti
Zahra Siti Mohon Tunggu... Universitas Negeri jakarta

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Masyarakat Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siswa-Siswi Kelas 5 SDN Sindang Barang 04 Belajar Membuat Ecobrik dari Sampah Plastik Bekas untuk Dukung SDGs

25 Mei 2025   23:57 Diperbarui: 26 Mei 2025   19:46 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Proses Pembuatan Ecobrik

Bogor - Upaya membangun kesadaran lingkungan sejak usia dini kembali ditunjukkan oleh SDN Sindang Barang 04,Sekolah yang berlokasi di Jln. K.H. M. Syarifudin, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor ini terus menunjukkan komitmen dalam menciptakan generasi muda yang peduli terhadap lingkungan, melalui kegiatan pembuatan ecobrik yang melibatkan seluruh siswa kelas 5. Kegiatan edukatif ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Oktober 2024, di ruang kelas dan dipandu langsung oleh wali kelas mereka, Bu Ratih. Dengan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, para siswa tampak antusias mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir.

Apa itu ecobrik?

ecobrick berasal dari dua kata, yaitu "eco" yang berarti ekologi atau lingkungan, dan "brick" yang artinya batu bata. Ecobrik adalah botol plastik yang diisi padat dengan sampah plastik non-organik dan non-daur ulang, seperti plastik kresek, bungkus makanan, atau sedotan, hingga menjadi padat dan keras. Tujuannya adalah untuk mengurangi sampah plastik yang mencemari lingkungan dan menjadikannya bahan bangunan alternatif yang ramah lingkungan.

Sebagai langkah awal, sebelum kegiatan dimulai, Bu Ratih (wali kelas kelas 5)  telah memberikan informasi dan pengarahan beberapa hari sebelumnya agar setiap siswa membawa perlengkapan dari rumah. Adapun perlengkapan yang harus dibawa antara lain gunting, sampah plastik bekas yang telah dibersihkan, dan botol plastik kosong berukuran sedang atau besar. Sampah-sampah plastik tersebut berasal dari bungkus makanan ringan, plastik pembungkus, kantong kresek, dan plastik bekas belanja yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Syarat utama adalah semua plastik yang dibawa tidak boleh basah atau berbau untuk menjaga kenyamanan di kelas serta mencegah kontaminasi. Persiapan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melibatkan peran aktif orang tua dan lingkungan rumah sebagai bagian dari ekosistem belajar yang holistik dan bermakna.

Kegiatan dimulai sejak pagi hari dengan penjelasan dari Bu Ratih mengenai pengertian ecobrik, manfaatnya bagi lingkungan, serta langkah-langkah dalam proses pembuatannya. Dalam penjelasannya, ecobrik diartikan sebagai botol plastik yang diisi padat dengan sampah plastik non-organik yang tidak dapat terurai secara alami, lalu dipadatkan menggunakan stik kayu atau alat khusus. Botol yang telah penuh akan menjadi keras dan dapat digunakan sebagai bahan bangunan alternatif ramah lingkungan, seperti bangku taman, meja belajar, pagar, atau bahkan dinding bangunan sederhana. "Kalau kita buang plastik sembarangan, bisa mencemari tanah, sungai, dan laut. Tapi kalau kita kumpulkan dan olah menjadi ecobrik, kita bisa ikut menjaga lingkungan dan membantu mengurangi jumlah sampah," ujar Bu Ratih sambil memperlihatkan contoh ecobrik yang sudah jadi. Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan ini bisa menjadi bagian dari perubahan gaya hidup yang lebih berkelanjutan, dan bahwa anak-anak bisa menjadi agen perubahan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah mereka.

Dalam kegiatan ini, setiap siswa diberikan target membuat lima buah ecobrik. Proses pengerjaan dibagi dalam dua tahap, yaitu sebagian dikerjakan di kelas secara bersama-sama, dan sisanya diselesaikan di rumah. Tahap pengerjaan di rumah dimaksudkan agar orang tua atau anggota keluarga lain bisa turut serta dalam kegiatan ini, sehingga nilai edukatif dari program ini bisa menjangkau lebih luas. Salah satu siswa, Muhammad Zein Zulkarnain, yang dikenal aktif dan semangat dalam berbagai kegiatan kelas, terlihat serius memotong plastik kecil-kecil dan memasukkannya ke dalam botol. Ia kemudian memadatkan isinya menggunakan stik kayu. "Seru banget, ternyata kita bisa bikin barang berguna dari sampah. Aku mau bikin lebih banyak sekalian untuk di rumah. Katanya nanti bisa jadi bangku atau pot bunga," katanya sambil tersenyum bangga.

Menurut Bu Ratih, kegiatan ini tidak hanya mengajarkan siswa cara membuat ecobrik, tetapi juga melatih kesabaran, ketelitian, kreativitas, serta tanggung jawab pribadi dan sosial. Anak-anak harus benar-benar teliti dalam memilah sampah, memotong plastik dengan ukuran yang sesuai, dan memadatkannya secara efektif agar botol menjadi kokoh dan bermanfaat. Selama kegiatan berlangsung, suasana kelas tampak meriah dan penuh semangat. Para siswa duduk secara bersama-sama di atas lantai kelas, saling membantu, dan sesekali saling memberi semangat. Gelak tawa terdengar ketika ada teman yang kesulitan menekan plastik ke dalam botol, namun tak lama kemudian mereka saling memberikan solusi dengan menunjukkan teknik yang lebih efektif. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ini tidak hanya bersifat individual, tetapi juga melatih kerja sama dan solidaritas antar siswa.

Bu Ratih secara aktif berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan, memeriksa isi botol, dan memberikan masukan kepada siswa yang masih bingung. Ia terus menyemangati para siswa agar bekerja maksimal dan tidak mudah menyerah. “Yang penting padat ya, jangan hanya diisi setengah lalu ditinggal. Kita belajar sampai selesai. Nanti hasilnya bisa dipakai jadi ada nilai guna,” kata Bu Ratih dengan nada optimis. Melalui kegiatan ini, para siswa tidak hanya belajar tentang sampah dan lingkungan, tetapi juga mengembangkan karakter positif seperti disiplin, kerja sama, dan rasa percaya diri. Mereka diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, serta memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Kepala Sekolah SDN Sindang Barang 04 menyambut baik kegiatan ini dan menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif Bu Ratih dan antusiasme siswa. Ia menekankan pentingnya pembelajaran yang tidak hanya fokus pada teori, tetapi juga memberikan pengalaman langsung kepada anak-anak. "Melalui kegiatan seperti ini, kita tidak hanya mengajarkan konsep, tetapi juga membentuk karakter peduli lingkungan. Ini sejalan dengan visi sekolah kami sebagai bagian dari program Adiwiyata, yang mendorong sekolah-sekolah agar menjadi tempat yang berbudaya lingkungan," ujarnya dalam wawancara singkat. Ia juga berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk menciptakan model pembelajaran yang lebih partisipatif dan kontekstual.

Contoh pemanfaatan ecobrik menjadi pot tanaman
Contoh pemanfaatan ecobrik menjadi pot tanaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun