Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya Zahra Falisha Arva dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, program studi Kesejahteraan Sosial, kelas 1C. Pada kesempatan kali ini, yaitu pada tugas mingguan kompasiana pertemuan ini akan memberikan respon terhadap salah satu artikel karya Bapak Study Rizal Lk., M.Ag. Beliau merupakan dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Artikel dari Bapak Study Rizal yang berjudul "Tabola Bale: Dari Lirik Lokal ke Ruang Publik Nasional", menarik perhatian saya untuk berkomentar atau memberikan respon terkait lagu yang sedang viral di Indonesia, bahkan sampai luar negeri ini. Mengapa?
Lirik lokal berbahasa NTT yang mencampur unsur bahasa Indonesia dan Minang. Ini menggambarkan bagaimana budaya lokal mampu menghadirkan keakraban tanpa kehilangan identitas. Lagu Tabola-Bale menunjukkan bahwa lagu lokal dari Nusa Tenggara Timur bisa mendapat tempat di panggung nasional, bahkan hingga diputar di Istana Merdeka saat perayaan HUT RI. Hal ini patut diapresiasi sebagai bentuk pengakuan terhadap kekayaan budaya daerah yang selama ini kurang terangkat.
Tidak hanya itu, lagu Tabola-Bale bukan sekadar lagu yang menghibur, tetapi bisa menjadi simbol keberanian budaya lokal untuk berbicara di tengah narasi besar bangsa. Tantangannya kini adalah bagaimana negara tidak berhenti pada selebrasi, tetapi melanjutkannya dengan keberpihakan nyata terhadap kebudayaan dan masyarakat lokal.
Saya setuju bahwa negara seolah ingin menampilkan wajah Indonesia yang bahagia, namun ini berisiko menjadi pencitraan saja jika tak ada perubahan struktural di baliknya. Ini menjadi poin penting, apakah representasi budaya seperti ini memberi ruang yang setara bagi daerah-daerah yang selama ini termarjinalkan atau dianggap remeh. Budaya harus dihargai tidak hanya karana viral, budaya lokal harus dihargai tidak hanya sebagai tontonan, tetapi juga sebagai bagian dari pembangunan yang adil dan berkelanjutan.
Dengan demikian, Tabola-Bale bukan hanya sekadar lagu yang menghibur, tetapi bisa menjadi simbol keberanian budaya lokal untuk berbicara di tengah narasi besar bangsa. Tantangannya kini adalah bagaimana negara tidak berhenti pada selebrasi, tetapi melanjutkannya dengan keberpihakan nyata terhadap kebudayaan dan masyarakat lokal.
Sekian respon dari saya, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI