Kamis, 25 September menjadi hari yang tak terlupakan dalam perjalanan saya sebagai mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES). Pada hari itu, saya berkesempatan mengikuti program Bhakti Akademisi di SD Negeri Ngesrep 01 Semarang. Sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang bukan hanya menjalankan kewajiban akademik, tetapi juga menjadi ruang belajar berharga bagi saya.
Suasana kelas di hari itu terasa berbeda. Seusai pelajaran olahraga, anak-anak kembali dengan wajah lelah, sebagian masih sibuk menyeka keringat di dahi. Namun kali ini, ada yang membuat mereka antusias. Saya datang membawa sesuatu yang sederhana, tetapi penuh kejutan yaitu sebuah Pop Up Book interaktif.
Begitu buku itu dibuka, mata anak-anak langsung berbinar. Mereka berdecak kagum melihat gambar yang tiba-tiba “muncul” dari halaman, seakan-akan membawa dunia baru ke dalam kelas. Rasa lelah setelah olahraga pun berganti menjadi rasa penasaran. Anak-anak penasaran ingin mendekat, menyentuh, dan mengikuti cerita yang saya bawakan.
Kegiatan ini adalah bagian dari Bhakti Akademisi Universitas Negeri Semarang (UNNES), sebuah program pengabdian masyarakat yang memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk benar-benar turun ke lapangan. Bagi saya, momen ini bukan sekadar menjalankan kewajiban kampus. Lebih dari itu, pengalaman ini membuka mata saya tentang bagaimana sebuah media sederhana mampu menghidupkan kelas, membangkitkan rasa ingin tahu, dan menghadirkan keceriaan dalam belajar.
Dari Kampus ke Sekolah Dasar
Selama menempuh kuliah di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), saya banyak mempelajari teori. Mulai dari bagaimana anak-anak belajar, pentingnya penggunaan media pembelajaran, hingga strategi menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Namun, semua itu terasa berbeda ketika benar-benar dipraktikkan di hadapan siswa.
Saya semakin menyadari bahwa dunia kampus dan dunia sekolah dasar adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bakti Akademisi menjadi jembatan yang menghubungkan keduanya, sekaligus memberi saya kesempatan untuk menerjemahkan teori yang dipelajari di bangku kuliah menjadi praktik nyata di ruang kelas.
Mengapa Pop Up Book?
Saya memilih Pop Up Book karena Pop Up Book menghadirkan pengalaman belajar yang unik. Setiap kali halaman dibuka, gambar timbul yang berdiri seakan-akan membawa cerita hidup di depan mata. Ketika saya memperlihatkan seekor hewan yang tiba-tiba “muncul” dari buku, anak-anak langsung menunjukkan reaksi takjub. Ada yang terkejut, ada yang tertawa, dan ada pula yang tidak sabar menunggu halaman berikutnya.
Yang lebih menarik, di SDN Ngesrep 01 sebelumnya anak-anak belum pernah menggunakan media pembelajaran seperti Pop Up Book. Tidak heran jika mereka terlihat sangat antusias dan penasaran. Hal ini membuktikan bahwa media sederhana, ketika dikemas secara kreatif, mampu menghidupkan imajinasi sekaligus memusatkan perhatian anak-anak dalam proses belajar.
Suasana Kelas yang Berbeda