Hari itu, saya berdiri di antara kerumunan penonton Festival Bantengan Nuswantara se-Malang Raya. Sorak-sorai menggema, alunan gamelan rancak berpadu dengan teriakan khas para pemain bantengan.Â
Asap dupa tipis-tipis mengepul, menambah aura magis di tengah suasana yang meriah. Di depan mata saya, atraksi bantengan berlangsung; gerakannya lincah, penuh energi, sekaligus sarat makna. Pertunjukan ini bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah jendela untuk memahami budaya dan kearifan lokal.
Festival Bantengan Nuswantara ke-17
Festival Bantengan Nuswantara ke-17 berlangsung sejak 29 Juli 2025 hingga puncaknya, Minggu, 3 Agustus 2025 di Kota Batu, Jawa Timur.Â
Acara utamanya adalah Trance Carnival, dengan rute karnaval dari Stadion Gelora Brantas hingga depan Rumah Dinas Walikota Batu. Ribuan penonton memadati jalanan, menyaksikan atraksi bantengan yang berwarna-warni.
Selain karnaval, kegiatan pendukungnya meliputi Forum & Sarasehan Budaya serta Performing Art yang melibatkan berbagai komunitas seni.Â
Tujuan kegiatan ini jelas: menampilkan dan melestarikan budaya bantengan sekaligus mempromosikan pariwisata Kota Batu. Festival ini juga mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Batu, Polres Batu, Dinas Pariwisata Kota Batu, dan berbagai komunitas seni budaya.
Tahun ini, festival diikuti oleh 135 grup bantengan dan dihadiri oleh kontingen dari 14 negara, termasuk Chili, Australia, Kolombia, Jepang, Hongkong, Malaysia, dan India.Â
Hal ini menunjukkan bahwa Bantengan telah melintasi batas geografis dan mulai dikenal secara internasional sebagai salah satu warisan budaya khas Nusantara.