Berkunjung ke kota Malang tidak sempurna jika tidak singgah di Alun-Alun Tugu Balaikota Malang yang dikelilingi taman bunga yang cantik, dan lampu-lampu yang bersinar indah di malam hari. Di tengah keramaian pengunjung, di antara hamparan taman yang indah terdapat tiga bangku kenangan yang terbuat dari batu andesit.
Tiga bangku batu di kawasan JP Coenplein (kini Tugu Balaikota Malang) tersebut menjadi penghubung kenangan yang melampaui zaman. Bangku-bangku itu bukan sekadar pelengkap lanskap, melainkan simbol cinta dan ingatan dari keluarga Oosterhuis, khususnya untuk seorang bernama Tonko Hendric Willem Oosterhuis.
Cerita ini kembali menyeruak ketika Wim Oosterhuis, putra keenam dari Tonko dan Aletta Toepa, datang ke Malang. Ia kini berusia 86 tahun, lahir di Samarinda pada 1939, datang dengan membawa serta sejarah keluarganya yang panjang, penuh gejolak perang, kehilangan, dan rindu akan tanah kelahirannya; Indonesia.
Dalam perjumpaan dan obrolan santai, saya menggali kisah ini melalui guru saya, Bapak Tjahjana Indra Kusuma, seorang pemerhati sejarah, heritage, dan perkeretaapian.
Beliau yang turun langsung ketika revitalisasi alun-alun bunder atau alun-alun Tugu kota Malang Juni 2023 lalu, sekaligus yang juga bertemu dengan Wim Oosterhuis dan keluarga Tonko Oosterhuis ketika datang ke kota Malang.
Tampak dalam tiga bangku ini tersemat tulisan yang berbeda:
- Bangku pertama bertuliskan “OOSTERHUIS” - “BAPAK TONKO” yang di sebelah kanannya terdapat plakat bulat dengan tanda anak panah, tertulis “WESTERLEE 1896” dan “Ϯ AMBON 1943”.
- Bangku tengah atau kedua terukir tulisan “MALANG IN MEMORY OF”.
- Bangku ketiga terdapat tulisan “JOHAN” dan “JAN” dengan dua plakat bulat berisi “KALABAHI 1927 – Ϯ MALANG 1945” serta “TJIMAHI 1933 – Ϯ LABUHANBAJO ...”
Siapakah Tonko Oosterhuis?
Berdasarkan data dari “Oorlogsgravenstichting” Belanda, Tonko Hendric Willem Oosterhuis lahir pada 7 Oktober 1896 di Westerlee (Schheemda), dan wafat pada 3 Desember 1943 di Teluk Ambon saat bertugas di KNIL dengan pangkat Olt. Ia merupakan korban perang berusia 47 tahun yang menerima penghargaan Salib Perang Mobilisasi.