Mohon tunggu...
Yuzi Oktavianti
Yuzi Oktavianti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Biasa yang Biasa di Luar

Menyendiri dalam keramaian itu asyik

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Tak Punya Beban Politik, Keunggulan Nasrul Abit-Indra Catri Diusung Satu Partai

18 Oktober 2020   10:12 Diperbarui: 18 Oktober 2020   18:17 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari empat pasang peserta Pilkada Sumbar 2020, hanya Nasrul Abit-Indra Catri yang diusung oleh satu partai, yakni Gerindra. Pasangan lain diusung oleh lebih satu partai, yaitu Mulyadi-Ali Mukhni (Demokrat dan PAN), Mahyeldi-Audy Joinaldy (PKS dan PPP), dan Fakhrizal-Genius Umar (Golkar, Nasdem, dan PKB). 

Pasangan yang diusung oleh satu partai lebih menguntungkan rakyat karena tidak banyak beban dari partai yang mereka tanggung apabila terpilih menjadi pemimpin daerah.

Sebagian orang mengatakan Gerindra tidak mau berbagi karena mengusung sendiri calonnya. Untuk apa berkoalisi dengan partai lain jika sebuah partai bisa mengusung sendiri calonnya? Dalam pencalonan ke KPU, partai hanyalah kendaraan. 

Namun, banyak orang yang terjebak dengan kendaraan ini. Untuk mencukupkan kursi di DPRD agar bisa mendaftar ke KPU, banyak orang yang mengeluarkan banyak uang sebagai mahar politik. 

Ini sudah menjadi rahasia umum. Bawaslu tidak bisa menindak kasus mahar politik ini karena selama ini tidak ada laporan dan tidak ada buktinya, sementara kasus itu adalah delik aduak di Bawaslu.

Mahalnya mahar politik untuk membeli kursi di DPRD disinyalir sebagai salah satu penyebab kepala daerah atau wakil kepala daerah melakukan korupsi ketika menjabat. Mereka telah mengeluarkan banyak uang ketika pencalonan. 

Karena itu, mereka ingin mengembalikan uang itu ketika menjabat. Demikian pola kerjanya. Akibatnya, dana APBD, yang merupakan uang pajak rakyat, digerogoti untuk mengembalikan uang hilang saat pencalonan. 

Selain rugi karena dana APBD digunakan asal-asalan, rakyat rugi karena pembangunan yang dibiayai oleh dana APBD itu dikerjakan asal jadi sehingga tidak bertahan lama.

Jika calon kepala daerah dan wakil kepala daerah hanya diusung satu partai, mahar politiknya---jika ada---tentu kecil, bahkan bisa jadi tidak ada. Dengan begitu, jika menjabat, mereka tak perlu sibuk mencari uang untuk mengembalikan uang yang terbuang pada masa pencalonan untuk membeli kursi di DPRD. Mereka akan fokus bekerja membangun daerah.

Kelebihan lain calon yang diusung oleh satu partai ialah memiliki sedikit beban kepentingan. Jumlah partai pengusung suatu calon kepala daerah berbanding lurus dengan jumlah kepentingan partai pada calon tersebut.

Artinya, makin banyak partai pengusung makin banyak pula kepentingannya. Akibatnya, calon tersebut sibuk memenuhi kepentingan partai saja jika menang pilkada dan lupa dengan tugas utamanya sebagai kepala daerah, yaitu membangun daerah dan menyejahterahkan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun