Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhirnya Aku Temukan Kesempurnaan Pelukan

30 Desember 2018   16:42 Diperbarui: 30 Desember 2018   18:35 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto:Dokumen pribadi

Suatu ketika saya melihat sepasang kekasih di bandara, sepertinya suami istri yang baru menikah. Mereka berpelukan lama sekali, si wanita tidak berhenti menangis dan mempererat tangannya di lingkar punggung si lelaki. Teman saya nyeletuk "lebay ah..."

Saya tersenyum mendengar itu. Dalam hati saya bergumam, "karena kamu belum tahu artinya melepas."

Dulu, saya pernah seperti sepasang kekasih itu. Bahkan lebih dari itu, saya sampai tidak sadar diri bahwa saat itu saya sudah terbang sangat jauh, kemudian pesan singkat saya kirim di layar ponsel "D' transit di Abu Dhabi, Ad' g nelpon, paket mahal"

Sejak itu saya mulai belajar, bahwa pelukan adalah tiga menit menegangkan menuju perpisahan. Ya tiga menit saja. Karena setelah itu, seseorang akan mulai belajar waras dan sadar bahwa hidupnya sedang diuji mempertahankan motif pelukan.

Waktu itu saya tahu betul rasanya ngilu di bagian yang susah ditebak. Yah susah ditebak, sepertinya sakit kepala, ketika diperiksa dokter, sama sekali tidak ada indikator ke situ. Dibilang sakit hati, hatinya juga biasa-biasa saja.

Jadi, adegan yang saya lihat itu adalah salah satu yang wajar sekali. Mereka sedang memberikan kode, bahwa mereka terperangkap dalam cerita yang tidak ingin mereka akhiri. Atau mereka sedang menebalkan pengetahuan tentang rasa nyaman ketika kepala dititipkan secara pelan di atas dada.

Tapi saya maklumi juga teman saya yang sinis itu, sebab baru saja takdir megurungkan dia menjadi bagian dari seseorang yang ia suka.

Saya mengerti itu, sebab sebenarnya seseorang dapat benci karena dua hal; dia menyimpan kecemburuan, atau yang kedua, ada luka yang kembali berdarah saat suatu adegan tampil di depan matanya. Sedihnya, banyak orang mengambil jalan ini dan melibatkan orang lain ke dalam masalahnya yang belum selesai oleh kenangan pahit.

Ah saya jadi baper melihat mereka, melihat cara mereka berpelukan saya semakin yakin bahwa sepasang kekasih yang seperti ini justru lebih meyakini cinta dan rindunya daripada kemungkinan untuk kembali bersama.

Sekian  tahun sudah luka itu berlalu, dan saya tidak pernah merasakan lagi nyamannya dalam sebuah dekapan. Seakan -akan sudah sinar sepanjang hayat dan tidak akan pernah  merasakan kembali bagaimana pelukan perpisahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun