Sebuah persidangan di pengadilan hendak memutuskan tiga buah perkara pencurian sekaligus. Dengan penuh wibawa, Hakim Ketua membacakan putusannya.
“Terdakwa pertama yang bernama Parmin, karena terbukti telah mencuri sepeda motor, maka Anda divonis dengan hukuman 6 bulan penjara.”
“Terdakwa kedua yang bernama Sunar, karena terbukti telah mencuri ayam, maka Anda divonis dengan hukuman 3 bulan penjara.”
“Terdakwa ketiga yang bernama Aman, karena telah terbukti mencuri mangga, maka Anda divonis dengan hukuman 18 bulan penjara.”
Ketiga terdakwa segera dibawa keluar sidang untuk menuju Lembaga Pemasyarakatan di Cipinang.
Mungkin karena ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, seorang wartawan yang bernama Zulfikar segera maju ke depan untuk menemui Ketua Panitera Pengadilan.
“Pak Ketua Panitera, perkenalkan saya dari Kompasiana. Saya ingin bertanya kenapa vonis yang telah dijatuhkan sepertinya kurang adil?”
“Maksud saudara di mana kurang adilnya?” jawab Ketua Panitera sambil bertanya pula.
“Tadi yang mencuri motor divonis 6 bulan, yang mencuri ayam divonis 3 bulan. Lalu kenapa yang hanya mencuri mangga malah divonisnya sampai 18 bulan?” tanya Zulfikar ingin tahu.
Sambil tersenyum, Ketua Panitera menjelaskan.
“Kami memutuskan vonis berdasarkan apa yang telah kami peroleh dalam jalannya persidangan sebelumnya. Dan menurut kami keadilan sudah kami tegakkan.”
“Maksud saya kenapa yang mencuri mangga divonisnya sampai 18 bulan Pak?” kembali Zulfikar bertanya.
“Karena mangga yang dicurinya sebanyak 1 (satu) truk ………..”
