Mohon tunggu...
Yusuf Senopati Riyanto
Yusuf Senopati Riyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Shut up and dance with me
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saat ini sebagai buruh di perusahaan milik Negara.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kok Ngawur ?.

29 Agustus 2022   07:30 Diperbarui: 6 September 2022   10:11 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejak bulan April 2022, PT Pertamina (Persero) menetapkan harga Pertamax atau BBM beroktan 92 sebesar Rp12.500 per liter, atau mengalami naik Rp3.500. Ngawur memang, karena pemerintah tidak mau disebut dengan kenaikan harga, tetapi penyesuaian harga ( disesuaikan dengan apa,siapa,dimana,kapan?),padahal tetap saja harganya yang naik. Terlepas dari "permainan kata-kata" yang Ngawur tersebut,ternyata, harga Pertamax di kita jauh lebih mahal dibandingkan dengan BBM kualitas lebih tinggi di Malaysia. Kita akan tulis mengenai BBM konsumsi ini yang sepertinya di INA terjadi "Missing Link" ?, atau entah apalah namanya.

Intinya, harga bahan bakar minyak (BBM) di Malaysia lebih murah apabila dibandingkan dengan di Indonesia (INA). Maka, terjadi pertanyaan kenapa bisa begitu ?., Apa Ini ?., Apa Itu ?.

Butuh Subsidi. Bukan Mengkambing Hitamkan Subsidi ?.

Pemerintah Malaysia setiap menetapkan Rencana Anggaran tahunannya selalu berkeinginan memastikan bahwa perekonomian rakyat membaik dalam bentuk upah lebih tinggi, pekerjaan lebih baik, dan lebih banyak uang untuk dibelanjakan
seperti terjadi pada seantero tahun 2018  Pemerintah Malaysia meskipun saat itu keadaan Negara tersebut terlilit utang,namun  pemerintah Malaysia menetapkan APBN nya  tertinggi dalam sejarah Negara tersebut.
Setiap tahunnya Malaysia mengalokasikan sekitar 28 miliar ringgit untuk stabilisasi harga BBM, atau setara Rp100 triliun dalam setahun,untuk stabilitas harga BBM. Dan Malaysia dapat membuktikan bahwa mereka tidak mengalami defisit anggaran,alokasi subsidi BBM dan listrik yang terukur dan sudah barang tentu manajemen Negara tersebut terealisasi sesuai rencana. Artinya jangan menjadikan subsidi sebagai "Kambing Hitam.

Konsumsi BBM di Malaysia sekitar 700 ribu barel sehari, maka setahun sama dengan 40 juta kiloliter (KL) dalam setahun. Jadi, dalam setiap liter BBM yang dijual di Malaysia terdapat subsidi harga sebesar Rp. 2.500/liter.

Terkait dengan perihal subsidi BBM ini, nilai subsidi dari pemerintah Indonesia lebih kecil ketimbang Malaysia, Alokasi subsidi BBM jauh di bawah Malaysia yang mencapai Rp250-an triliun. Di Indonesia untuk subsidi BBM sangat kecil. Kenapa?., Karena harga BBM semuanya dibebankan pada efesiensi pertamina. Jadi., Pertamina harus dengan terpaksa menjual rugi BBM bersubsidi,inilah,salah satu missing link dalam persoalan BBM di INA.

Mahalnya Harga BBM.Bahkan Itu Untuk BBM Subsidi (Katanya) Sekalipun.

Kemudian missing link berikutnya adalah diantaranya mahalnya harga BBM di INA juga disebabkan oleh sejumlah pungutan yang kadangkala tidak jelas peruntukkannya,penggunaannya. Misal dapat kita sebut, harga BBM di Indonesia kena PPN yang per/ 1 April 2022 telah naik 11% ?. Nah, kemudian selain hal tersebut diatas BBM di Kita juga dikenakan (lagi) pajak bahan bakar kendaraan bermotor atau PBBKB. Ditambah lagi adanya pungutan BPH migas, dan masih banyak lainnya "Missing Link, Ketidak Jelasan apabila disebut satu-persatu. Dan kepastian apa yang Rakyat,Masyarakat terima?.. Sudah pasti berbagai missing link tersebut berdampak kepada mahalnya harga BBM di Republik Indonesia. Pasca reformasi., Terlalu banyak biaya yang Missing Link ?.

Apabila pemerintah benar-benar memiliki komitmen kuat untuk mengurangi beban masyarakat, rakyat yang kesulitan,ketar-ketir dalam persoalan membeli BBM konsumsi, berbagai biaya yang menjadi penyebab Missing Link tersebut dicabut. Dengan demikian dapat  mendorong daya beli masyarakat. Harapannya dapat memperkuat perekonomian nasional. Apabila pemerintah menghapus semua pajak dan pungutan yang menjadi Missing Link di BBM dan subsidinya ditingkatkan, maka harga BBM pasti lebih murah. Bahkan bisa mengalahkan Malaysia, persoalannya adalah Pemerintah Mau apa Tidak ?. Bukan Bisa atau Tidak Bisa. Untuk masyarakat,rakyat INA.

Untuk kita ketahui, harga BBM oktan 95 atau RON 95 di Malaysia sebesar 2,05 Ringgit Malaysia (RM) per liter, atau setara Rp6.998 (apbila kurs Rp3.413/RM) per/liter. Sedangkan BBM RON 97 di Malaysia, dijual RM 3,83 atau setara Rp13.075 per/ liter. Sedangkan BBM jenis diesel dibanderol RM 2,15 atau setara Rp7.330.

Sedangkan di Indonesia, harga BBM RON 90 (Pertalite) sebesar Rp7.650 per liter. BBM RON 92 (Pertamax) dibanderol Rp12.500 per liter. BBM RON 98 (Pertamax Turbo) sebesar Rp14.500 per liter. Dan BBM diesel nonsubsidi (Dexlite)Rp 12.950 per/ liter, dan Pertamina DEX (diesel) dibanderol Rp 13.700 per/ liter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun