Mohon tunggu...
Yusuf Senopati Riyanto
Yusuf Senopati Riyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Shut up and dance with me
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saat ini sebagai buruh di perusahaan milik Negara.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kegagalan Mr President Dalam Menangani Covid-19

16 November 2020   10:51 Diperbarui: 16 November 2020   11:08 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu kegagalan Mr President adalah memberikan perlindungan bagi masyarakat Indonesia (INA) dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Sudah plus-minus 8 bulan kita Indonesia (INA) menghadapi pandemi yang oleh  Pemerintah INA secara resmi mengumumkan kasus Covid-19 pada 2 Maret 2020.

Kita ketahui bahwa sebelumnya, jajaran di pemerintah pusat (agar lebih tegas penyebutannya) terkesan "meremehkan" hingga seolah  menanggapi dengan tidak serius, meski beberapa pihak telah memberikan peringatan mengenai wabah yang merebak pertama kali di Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019.

Angka Tertinggi.

Ironisnya, kini  INA menjadi negara dengan angka kematian tertinggi di Asia Tenggara. Pada 7 November 2020, 430 ribu kasus Covid-19, tertinggi di Asia Tenggara dan perada pada peringkat 21 dunia. Luar biasa bukan?., Kita berada di kelompok 50 besar negara yang belum berhasil kalau tidak mau dikatakan gagal dalam menangani pandemi Covid-19. Kenapa?. Yang menjadi sorotan masyarakat, adalah pemerintah dibawah Mr President Jokowi lebih fokus untuk menyelamatkan kondisi Ekonomi di tengah badai resesi yang dialami dunia. Pemerintah seolah  tidak mau melakukan sejumlah antisipasi demi mengurangi penyebaran virus Corona. Bukannya mengalokasikan sumber daya ke sektor kesehatan ketika virus pertama kali menyerang INA pada bulan Maret, pemerintah malah memutuskan untuk mengalokasikan plus-minus Rp 300 miliar di sektor pariwisata untuk menangkal dampak negatif dari wabah virus corona. Dimanakah logika ikhtiar untuk menangani pandemi ?.

Keinginan, yang bertujuan untuk menarik lebih banyak turis asing, akhirnya pun harus tertunda karena tekanan dari masyarakat. "Lambat untuk belajar". Hal ini berbeda dengan negara tetangga, Singapore. Singapore  dianggap berhasil dalam menangani penyebaran Covid-19. Ketika negara tersebut mendapat pujian atas penanganan COVID-19, Singapore seketika memberlakukan aturan ketat untuk melindungi rakyatnya. Tidak demikian dengan INA, pemerintah INA justru hanya memikirkan agar aktivitas ekonomi tetap "berjalan normal." Nah?, kemudian keputusan lainnya yang membuat masyarakat bertanya-tanya adalah, Kementrian BUMN mengharuskan pegawainya yang berusia di bawah 45 tahun untuk tetap bekerja di kantor, mengabaikan anjuran bekerja dari rumah?. Kebijakan ini diambil untuk melakukan pelonggarkan kebijakan lockdown  parsial, dan?, untuk kembali ke bisnis.

Masyarakat juga dikejutkan dengan hadirnya 500 pekerja Cina sebagai bagian dari sejumlah pengerjaan berbagai proyek Cina di Indonesia. Kemudian pemerintah menegaskan bahwa hal ini sebagai bagian dari  meningkatkan perekonomian negara.

Tidak Harmonis.

Tidak harmonisnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam upaya mendeteksi individu, juga menjadi masalah lain dalam penentuan jumlah individu yang tertular.

Tenaga Medis.

Tenaga medis, sebagai ujung tombak dalam memerangi pandemi ini juga tidak dibekali dengan perlengkapan yang memadai?. Hingga saat ini, ratusan tenaga medis masih menjadi korban dari kelebihan beban bekerja maupun tertular pasien Covid-19 ?.
Tragisnya, sejauh ini tetap saja Indonesia mengalami resesi ekonomi, sedangkan korban Covid-19 masih terus bertambah dari hari demi hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun