Mohon tunggu...
Yusticia Arif
Yusticia Arif Mohon Tunggu... Administrasi - Lembaga Ombudsman DIY

I Q R O '

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bisnis Aborsi yang Menggiurkan (Lagi!)

13 Juni 2012   02:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:03 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1339551494851304917

[caption id="attachment_194345" align="alignleft" width="504" caption="Headline Tribun Jogja pagi ini (dok.pri)"][/caption] Headline suratkabar Tribun Jogja pagi (13 Juni 2012) ini benar-benar menyentak nurani, bisnis aborsi ilegal  nyata-nyata ada di Jogja. Saya pribadi masih terkejut dengan fakta yang disampaikan Mas Ukik dalam tulisan yang menjadi headline Kompasiana kemarin, http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/12/jogyakarta-ada-apa-denganmu/. Tulisan Mas Ukik kemarin kebetulan juga relevan dengan headline Tribun Jogja tanggal 12 Juni 2012 tentang Perda rumah kos di Jogja, yang ditengarai sudah dilanggar secara masif, terutama tentang aturan rumah kos harus ada/dekat dengan  induk semang, penerimaan tamu berbeda jenis kelamin, jam berkunjung serta kewajiban lapor kepada RT setempat apabila ada tamu menginap di tempat kos. Berbagai cara mengelabui induk semang untuk "menyelundupkan" rekan lawan jenis, terutama pacar, dilakukan. Berbagai alasan bohong dilontarkan untuk membenarkan masuknya rekan lawan jenis ke kamar kos, yang sedang belajar bersama lah, yang sedang nungguin rekan sakit lah dan sebagainya. Miris memang melihat kenyataan ini. Hancurnya tata nilai ditengarai telah lama terjadi, bisnis aborsi itu menjadi salah satu bukti nyata bahwa pergaulan bebas, seks bebas adalah hal biasa, lumrah, gaul, trendy dan entah apalagi, terutama di Jogja, sehingga angka Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) mulai melonjak dan mengalami kecenderungan pergeseran umur, yaitu anak usia SMP, terutama dalam 5 tahun terakhir. Dengan memasang iklan yang berbunyi "telat haid, hubungi no sekian sekian sekian" di titik-titik strategis di kota, terutama di perempatan-perempatan jalan, pelaku bisnis aborsi melakukan strategi marketingnya. Secara sekilas, iklan seperti itu memang tidak menyolok atau vulgar, tetapi ternyata kenyataan dibaliknya sangat mengerikan. Dan inilah fakta yang ditemukan di Harian Tribun Jogja pagi ini : 1. Pamflet "telat haid" yang banyak ditemukan di kota Jogja, diduga kuat menjadi pintu masuk untuk merekrut pasien aborsi ilegal 2. Bagi warga yang memanfaatkan layanan "telat haid" ini akan ditawari sejumlah paket, mulai penggunaan obat hingga pengguguran langsung 3. Bila memilih paket pengguguran, pasien akan diminta ke suatu tempat, kemudian tim akan menjemput dan membawa ke tempat aboorsi dilakukan 4. Jaringan aborsi ilegal ini bekerja secara berjejaring dan masing-masing orang punya peran, mulai dari perekrut, penjemput, hingga orang yang bertugas mengaborsi Nha, tentunya bisnis ilegal itu diyakini pelaku berprospek karena demand memang tinggi. Tarif yang ditawarkan pelaku bisnis ini beragam, tergantung usia janin di kandungan. Semakin besar usia janin di kandungan, akan semakin besar tarif yang dikenakan. Sesuai yang dilaporkan Tibun Jogja, tarif janin 1 - 6 minggu adalah 700 ribu sampai dengan 1,5 juta, sementara yang lebih dari 6 minggu, mencapai 3,5 juta. Bukankah ini bisnis yang fantastis....???!!!! Mengapa itu semua terjadi? Tata nilai yang diyakini dan disepakati kebenarannya nampaknya telah bangkrut lama. Kepemimpinan yang lemah, minimnya teladan nyata dari generasi yang lebih tua, sistem pendidikan yang monokultur dipadu bad parenting, kelemahan karakter (munculnya generasi alay?), agama sekedar ritual dan sebagainya, telah menjadi salah satu penentu bobroknya moral generasi muda. Bukti-bukti seperti di atas sudah jelas terpapar di depan mata, sampai kapan kita akan membiarkannya. Kita tidak bisa tinggal diam melihat kenyataan seperti itu, jangan mengharap tindakan dari pemerintah saja, itu adalah persoalan dan keprihatinan kita bersama, menyangkut masa depan anak cucu kita. Akankah kota Jogja mendapat predikat baru lagi....? Konon katanya Jogja Kota Pelajar...dimana para pelajar yang terpelajar itu....? Salam prihatin Jogja, 13 Mei 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun